Bisnis.com, JAKARTA--Kalangan santri dan santriwati semakin menarik bagi industri keuangan syariah. Muasalnya, potensi zakat, sadaqah dan wakaf mereka besar.
Setiap tahun saja, Badan Amil Zakat Nasional (Baznas) bisa menghimpun dana zakat Rp4 triliun. Namun demikian, potensinya bisa Rp200 triliun. Jumlah itu belum termasuk sadaqah dan wakaf.
Dari potensi itu baru sedikit sekali yang bisa masuk sistem keuangan. Salah satu yang bisa mengelola potensi tersebut Ponpes Sidogiri, yang memiliki ribuan santri-santriwati dan jutaan alumni.
Badan pengelola zakat Sidogiri saja menyalurkan Rp6 miliar per tahun yang berasal dari Baitul Mal Wa Tamwil (BMT) UGT Sidogiri dan BMT Maslahah, keduanya milik pesantren.
Perputaran uang di BMT UGT Sidogiri Rp13 triliun per September tahun ini.
Sedangkan perputaran uang dari BMT Maslahah Rp1,3 triliun. Dari aktivitas bisnis itulah muncul zakat Rp6 miliar per tahun.
"Semua itu tidak tercatat di Bank Indonesia," jelas pengurus Pondok Pesantren Sidogiri, Mahmud Ali Zein, Rabu (5/11/2014).
Jumlah zakat tersebut belum termasuk dana sosial atau corporate social responsibilty Rp4,6 miliar per tahun.
Pengurus Sidogiri belakangan mengembangkan pengelolaan wakaf yang dipadu dengan asuransi mikro. Sebagian wakaf didorong dalam bentuk tunai dan pewakaf dilindungi asuransi yang diambilkan dari sebagian kecil uang yang diserahkan.
Pola-pola pengelolaan keuangan santri sehingga bisa digandakan manfaatnya tersebut dinilai berhasil.
Sehingga Bank Indonesia, Otoritas Jasa Keuangan dan Pemerintah Provinsi Jawa Timur mantab menjadikan Jawa Timur sebagai pusat pengembangan ekonomi syariah. Terlebih ada 6.000 pesantren di daerah tersebut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel