Cari Pegawai Tak Seperti Gigit Cabe

Bisnis.com,13 Nov 2014, 22:46 WIB
Penulis: Destyananda Helen

Bisnis.com, JAKARTA - "Akan ada perang harga [gaji] karena sesuatu yang langka, harganya naik." Demikian ujar Ketua Umum Ikatan Bankir Indonesia Zulkifli Zaini, mengomentari kondisi perebutan sumber daya manusia (SDM) di sektor perbankan saat ini, Selasa (4/11/2014).

Senada, beberapa waktu lalu, lembaga survei PricewaterhouseCoopers (PwC) Indonesia juga menambahkan variabel baru dalam risetnya, yaitu SDM.

"Ini masukan dari rekan-rekan di sektor perbankan untuk meriset tentang talent," ujar Partner PwC Indonesia Jusuf Wibisana.

Dengan adanya variabel baru tersebut menunjukkan mulai sengitnya perang perebutan sumber daya manusia (SDM) di sektor perbankan. Tak main-main, dari hasil riset yang diklaim mewakili 80% aset perbankan Indonesia itu, SDM menempati posisi buncit kedua sebagai hal yang akan diperebutkan setelah dana pihak ketiga (DPK).

PwC juga mencatat dari hasil risetnya, angka turn over karyawan perbankan di Indonesia mencapai lebih dari 10%. Padahal, kata Jusuf, idealnya besaran turn over di industri perbankan hanya sebesar 5%. Alasannya, agar data-data penting nasabah tak mudah berpindah ke bank lain.

Sejalan dengan hasil riset  PwC, PT Bank Danamon Indonesia Tbk mencatatkan turn over di kisaran 10%-15%."Cukup tinggi [angka turn over] karena [bank] Danamon juga dilihat sebagai salah satu bank yang punya pendidikan baik," ujar Direktur Kepatuhan Bank Danamon Frasisca Oei.

Senada, PT Bank Tabungan Negara (Persero) Tbk juga mencatatkan tren serupa. "Turn over engga sampai 20%, hanya 10%," kata Direktur Utama Bank BTN Maryono.

Begitu pula dengan PT Bank CIMB Niaga Tbk. Chief Financial Officer Bank CIMB Niaga Wan Razly Abdullah mengatakan kini turn over perseroan sebesar 12%.

Ada beberapa indikasi penyebab tingginya turn over  di industri perbankan. Hasil riset PwC menunjukkan sebanyak 54% karyawan pindah karena tawaran gaji yang lebih menarik. Sedangkan, 37% pindah untuk mengincar kesempatan berkarir yang lebih prospektif.

Adapun sebesar 4% karyawan memutuskan pindah demi tantangan yang lebih atraktif. Sementara,  4% lagi pindah karena kurang puas dengan gaya kepemimpinan atasannya. Dengan berbagai alasan tersebut, PwC mencatat sebanyak 82% karyawan pindah ke bank lain dan 16% ke institusi finansial lainnya.

Zulkifli mengatakan angka turn over yang cukup tinggi di sektor perbankan disebabkan banyak bank ingin serba instan. Pasalnya, selain karena pasokan karyawan baru yang belum memadai, beberapa bank enggan menyiapkan SDM sendiri.

Wajar saja. Menurut Zulkifli, untuk menyiapkan SDM sendiri, bank mesti punya rencana jangka panjang. "Kalau butuhnya [SDM] untuk 5 tahun lalu, harus cari dari hari ini," kata Zulkifli.

Selain itu, bank harus menggelontorkan dana lebih banyak. "Bayangkan program development itu minimal bank harus mendidik sekaligus mengkaji karyawan dalam 6 bulan, padahal dalam 6 bulan itu karyawan belum menghasilkan apa-apa," ujar Zulkifli.

Namun, hasil yang diterima juga sebanding. Dari pengalamannya menjadi pelaku perbankan, dikatakan Zulkifli, karyawan yang 'dididik' sejak awal, biasanya tak mudah pindah ke bank lain.

Vice President Human Capital Services Group PT Bank Mandiri (Persero) Tbk Ferry Prima Adhyaksa mengakui perang perebutan SDM di industri perbankan memang kian ketat. Di sinilah diperlukan strategi moncer. Tak hanya untuk menggaet dan meningkatkan kualitas, tapi juga untuk mempertahankan karyawan agar tak mudah minggat ke bank lain.

Menurut Ferry, umumnya di bank ada dua jenis penerimaan karyawan. Pertama, merekrut lulusan anyar. Kedua, merekrut SDM berpengalaman.

Keduanya memiliki tantangan. Merekrut lulusan anyar berarti bank harus lebih sabar dan merogoh kocek lebih dalam. Sementara, merekrut tenaga berpengalaman berarti bank harus siap ditinggal jika si karyawan mendapat tawaran pekerjaan lain dengan gaji lebih tinggi.

"Memang tantangannya orang yang mendidik itu duitnya harus banyak dan harus sabar. Ibaratnya orang bertani, harus menyangkul dulu, harus tanam dulu, baru panennya belakangan," tutur Ferry.

Apa yang ditanam, itulah yang dituai. Bank Mandiri yang kini tengah menggelar program pendidikan bagi karyawan baru ini, mencatatkan hasil mentereng. Ferry menuturkan bank dengan aset terbesar di Indonesia tersebut mencatatkan rasio turn over karyawannya di bawah 5%.

Adapun, hingga kini industri perbankan nasional memiliki 500.000 tenaga kerja dengan 25.000 kebutuhan SDM baru tiap tahunnya. Menjelang Masyarakat Ekonomi Asean di sektor keuangan, ada kemungkinan kebutuhan akan karyawan baru tersebut meningkat.

Namun, jika pasokannya terbatas, bukan tak mungkin terbentuk perang harga dalam memperebutkan SDM perbankan. Artinya, bank perlu lihai berstrategi untuk menambah dan 'mengamankan' karyawannya. Selain itu, persiapannya juga mesti lebih dini.

Maka, meski jaman serba instan, bukan berarti merekrut karyawan juga harus cepat. "Jadi menyiapkan SDM di sektor perbankan tidak bisa seperti gigit cabai, yang sekali gigit, langsung terasa pedasnya," ujar Zulkifli.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Martin Sihombing
Terkini