JASA KEUANGAN SYARIAH: Upaya Maksimal Agar Tak Jago Kandang

Bisnis.com,14 Nov 2014, 18:44 WIB
Penulis: Novita Sari Simamora

“Ekonomi syariah bisa bertahan di  tengah krisis. Dan itu membuat stabilitas sistem keuangan ekonomi menjadi lebih baik.”

Hal tersebut  disampaikan oleh pria yang berbalut baju koko putih, Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo usai membuka acara Indonesia Shari'a Economic Festival 2014 di Lapangan Makodam Brawijaya, Surabaya, pekan lalu.

Tabuh  bedug oleh Wakil Presiden RI Jusuf Kalla dan Agus menjadi pertanda bahwa festival  syariah terbesar di Indonesia tengah digelar.

Dalam hajatan di Kota Pahlawan tersebut, Indonesia ditetapkan sebagai kiblat keuangan syariah dunia. Sebab, Negeri Zambrud Khatulistiwa ini memiliki penduduk beragama Islam terbesar di dunia.

Bahkan industri perbankan syariah dinobatkan sebagai biggest retail Islamic banking di dunia. Selain itu, bank syariah di Indonesia memiliki pangsa bagi hasil terbesar di dunia sebesar 30,1% di pertengahan 2014.

Dalam tiga tahun terakhir, setelah mengejar industri perbankan konvensional akhirnya porsi perbankan syariah bisa menembus 5% dari total aset konvensional.

Adapun aset industri perbankan syariah pada Agustus 2014 mencapai Rp252,2 triliun, atau sudah mencapai 5,01% dari konvensional yang bertengger di posisi Rp5.026 triliun. Untungnya, rekor menembus 5% posisi tersebut tertolong oleh perlambatan yang diterjadi di perbankan konvensional.

Agus yang juga mantan menteri keuangan itu, menyayangkan bahwa pemahaman masyarakat tentang ekonomi syariah masih belum cukup. Sementara itu, untuk menggenjot porsi syariah. BI mulai memaksimalkan lembaga-lembaga agama, dengan menggandeng dan memberdayakan pesantren-pesantren.

Siapa yang tidak tahu bahwa pesantren menjadi ajang belajar agama dan menciptakan Dai. Namun, para santri juga perlu dijuga dibekali dengan ekonomi yang mandiri untuk meningkatkan keuangan syariah.

Ketika pembenahan domestik terus dilakukan. Ternyata, pihak asing tengah melantunkan pujian untuk industri perbankan Indonesia.

Tak tanggung-tanggung, bank syariah Indonesia telah dikenal di seluruh dunia sebagai bank syariah yang undoubtful dan applicable, sehingga banyak digunakan sebagai contoh dan tempat belajar bagi bank-bank syariah negara-negara lain.

Undoubtful karena fatwa-fatwa terkait operasi bank syariah dikeluarkan oleh komite fatwa nasional yang kredibel dan independen.

Nah, dengan semua itu, rasanya wajar bila Agus mengharapkan agar porsi 5% bisa terus melejit menjadi 30% dalam beberapa tahun ke depan.

Tak hanya itu, Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah mengungkapkan penguatan industri keuangan syariah bisa dijadikan alat untuk mengurangi kemiskinan dan keterbelakangan. Caranya dengan memaksimalkan pengelolaan zakat dan wakaf.

BI memprediksikan potensi dana zakat dan wakaf bisa mencapai Rp217 triliun. Nominal tersebut bukanlah nilai yang kecil.

Pada saat yang bersamaan, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) siap mendorong peningkatan kapasitas usaha dan kualitas lembaga-lembaga keuangan syariah untuk mewujudkan potensi tersebut menjadi nyata.

Direktur Pengawasan Perbankan Syariah Departemen Perbankan Syariah OJK Ahmad Soekro Tramono mengungkapkan dari sisi market share, saham syariah sudah mencapai 58,63% pada Juli tahun ini, dengan total aset mencapai Rp2.955 triliun. Market share tersebut lebih besar dari perbankan syariah, sukuk korporasi, asuransi dan reksa dana syariah.

Otoritas superpower ini menilai konsep pemberdayaan masyarakat miskin melalui keuangan Syariah perlu dimaksimalkan.

Menurutnya, untuk mencapai porsi 30% keuangan syariah dari konvensional, maka konsep tersebut bisa membuat orang-orang melek syariah. Namun, pada akhirnya jangan sampai industri perbankan Syariah hanya bisa jago kandang.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fahmi Achmad
Terkini