Pemanufaktur Elektronik Tak Berani Usung Merek Sendiri

Bisnis.com,15 Nov 2014, 00:30 WIB
Penulis: Dini Hariyanti
Ilustrasi

Bisnis.com, BATAM -- Pemanufaktur elektronik dan telematika PT Sat Nusapersada Tbk. merasa merakit produk lebih menguntungkan daripada memasarkan merek sendiri.

Perseroan yang berdiri di Batam sejak 1990 itu mengaku tetap setiap kepada tujuan utama bisnis, yakni memanufaktur dan mendesain produk sesuai permintaan konsumen. Apabila perusahaan alih haluan jadi memasarkan merek sendiri justru bisnis utamanya sebagai pemanufaktur dikhawatirkan tenggelam.

"Kami tidak membuat brand sendiri karena nanti orang tidak berani bikin di tempat kami lagi. Jadi kami tetap memproduksi nonbrand untuk OEM," ucap Presiden Direktur PT Sat Nusapersada Tbk. Abidin, di Batam, Jumat (14/11/2014).

Dalam bisnis Sat Nusapersada mengandalkan pasokan komponen impor tetapi Abidin enggan menyebutkan besarannya. Menurut dia industri penunjang di dalam negeri belum mampu memenuhi kebutuhan perusahannya.

Tingginya bunga kredit bank menjadi salah satu penghambat perkembangan industri kecil dan menengah yang memproduksi komponen. Sementara di China industri penunjang tumbuh karena pinjaman bank relatif mudah bahkan bisa dapat bunga 0%.

"Di China UKM bisa pinjam bank sebagian dengan bunga 0% yang penting produknya bisa ikuti pasar," ucap Abidin.

Kini Sat Nusapersada tengah mengembangkan bisnisnya dengan merambah produksi berbagai jenis baterai, seperti untuk ponsel, jam tangan, komputer, dan lain-lain. Perseroan menanam investasi US$8 juta - US$10 juta mulai tahun depan.

Perseroan menargetkan penjualan baterai mencapai US$2 juta per bulan. "Pada Januari kami kirim tenaga ahli dan manajemen kami ke Jepang selama empat bulan untuk transfer pengetahuan baterai ini," ujar Abidin.

Stanly Rocky, Project Manager Domestic Market PT Sat Nusapersada Tbk. menyatakan pihaknya akan melebihkan jumlah pemesanan komponen 2% lebih banyak dari kebutuhan produksi. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi kebutuhan service produk dan selebihnya bisa dijual ke berbagai service center.

Sejauh ini Sat Nusapersada mengaku nyaman berbisnis di Batam yang notabene free trade zone. Perusahaan dapat lebih efisien dalam biaya perpajakan. Aspek ini yang mendorong perseroan sama sekali tak berminat ekspansi ke Pulai Jawa.

"Di Batam kami ada keuntungan saat impor komponen jadi tidak perlu bayar pajak. Karena impor komponen pasti lebih dari kebutuhan produksi," ucap Stanley.

Besarnya pasokan komponen impor membuat produk-produk Sat Nusapersada minim penggunaan produksi dalam negeri. Untuk smartphone yang dirakit saja tingkat kandungan dalam negerinya cuma sekitar 33%.

Untuk meningkatkan kandungan lokal produk smartphone sejak pertengahan tahun ini Sat Nusapersada menggandeng rumah desain PT Tata Sarana Mandiri (TSM).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Martin Sihombing
Terkini