GKSI: Peternak Tunggu Program Strategis Pemerintah

Bisnis.com,16 Nov 2014, 12:10 WIB
Penulis: Adi Ginanjar Maulana
Sapi Perah/Bisnis

Bisnis.com, BANDUNG - Gabungan Koperasi Susu Indonesia (GKSI) mendesak pemerintah untuk segera menggulirkan program strategis guna memacu produksi susu nasional.

GKSI menilai persoalan dasar yang belum terselesaikan hingga saat ini, yakni pakan rerumputan dan bibit sapi perah.

Ketua GKSI Dedi Setiadi menyatakan jika kedua persoalan tersebut tidak kunjung diselesaikan maka Indonesia pesimistis mampu melakukan swasembada sapi nasional. Apalagi, katanya, produksi susu nasional akan bersaing pada pasar bebas Asean tahun depan.

"Peternak saat ini hanya ingin pemerintah memberikan payung hukum soal ketersediaan pakan rerumputan dan bibit. Karena jika pemerintah menggulirkan program lain tidak akan mampu mengejar swasembada susu nasional," katanya kepada Bisnis.com, Minggu (16/11/2014).

Menurutnya, program penyediaan pakan ternak serta pengadaan bibit sapi bisa melibatkan koperasi ternak. Hal ini dilakukan agar manajemen pengelolaannya bisa dilakukan dengan mudah.

Dedi memaparkan peternak siap membeli pakan rerumputan serta bibit sapi jika pemerintah memberikan kemudahan dalam bentuk program. Karena selama ini kedua persoalan itu belum mampu terselesaikan akibat tidak adanya payung hukum yang dibuat.

"Tentunya program ini tidak gratis. Namun pemerintah bisa mempermudah akses pembelian pakan serta bibit oleh peternak agar lebih murah," ujarnya.

Dia menjelaskan kontribusi pakan rerumputan terhadap produktivitas sapi perah mencapai 80%. Di samping itu, kebutuhan bibit sapi di Indonesia mencapai 4 kali lipat dari yang ada saat ini mencapai 385.000 ekor.

Kondisi itu berimbas pada produksi susu nasional saat ini hanya mencapai 1,4 juta-1,5 juta ton per tahun, atau hanya berkontribusi 20% bagi kebutuhan dalam negeri.

Selain itu, pada tahun ini GKSI menargetkan produksi susu nasional akan stagnan dipicu kedua persoalan yang belum mampu diselesaikan oleh peternak.

"Kalaupun ada kenaikan produksi paling hanya sedikit tidak akan signifikan," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini