Wisawatan Bali Diprediksi Bakal Susut 10%

Bisnis.com,18 Nov 2014, 18:52 WIB
Penulis: Feri Kristianto
Wisatawan asing di Pantai Kuta, Bali./JIBI

Bisnis.com, DENPASAR -- Laba usaha pelaku biro perjalanan wisata di Bali diprediksi akan menyusut 5%-10%, karena dampak kenaikan harga bahan bakar minyak bersubsidi.

Ketua Asosiasi Biro Perjalanan Wisata atau Asita Bali Ketut Ardana mengungkapkan kendati laba akan menurun, pelaku tidak akan membebaskan kenaikan harga kepada wisatawan."Teman-teman pelaku di sini sudah terbiasa dengan kenaikan BBM, mereka berupaya membebaskan ke internal. Contohnya bagaimana lah supaya tidak sampai rugi, minimal BEP [break event poin]" jelasnya dihubungi Bisnis, Selasa (18/11).
 
‎Menurutnya, kenaikan harga BBM subsidi akan meningkatkan pengeluaran pengusaha dalam hal transportasi. Nam‎un, pengusaha rata-rata travel yang jumlahnya mencapai 300 perusahaan sudah menyiapkan strategi mengantisipasi hal tersebut.
 
‎Ardana menjelaskan pilihan membebaskan kenaikan harga BBM ke internal, karena mereka tidak ingin kualitas layanan kepada wisatan menurun. Pasalnya, persaingan antar pelaku agen perjalanan sangat ketat sehingga kualitas angat diutamakan.
 
Selain itu, pengusaha tidak bisa sembarangan menaikkan tarif, karena rata-rata sudah mengikat kontrak dengan industri lain di dalam maupun luar negeri untuk tempo tertentu. Dia mencontohkan, kontrak dengan agen di Eropa rata-rata berlangsung selama setahun, sedangkan untuk mitra di Asia ada yang enam bulan.
 
"Kalau yang Asia peluang memperbaharui kontrak sangat terbuka, karena itu tadi kontraknya hanya enam bulan tetapi tidak bisa cepat juga mungkin Maret tahun depan," tuturnya.
 
‎Sementara itu, pelaku usaha wisata tirta dan bahari berancang-ancang membuat perhitungan ulang untuk bisnis mereka paska keputusan pemerintah menaikkan harga BBM subsidi. Pengusaha wisata bahari Yos WK Amerta mengungkapkan akan meningkatkan batasan minimal penumpang kapal boat penyeberangan dari Sanur ke Nusa Penida.
 
"Kalau biasanya minimal empat orang penumpang bisa berangkat, sekarang bisa minimal lima orang baru jalan," jelasnya.
 
Pilihan itu dibuat, lanjutnya, agar pengunjung ke lokasi wisata Nusa Penida tidak terbebani dengan cara menaikkan tarif penyeberangan. Mantan Ketua Gabungan Usaha Wisata Bahari (Gahawisri) Bali menegaskan sebagian besar pelaku usaha sejenis ak‎an melakukan langkah serupa.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Martin Sihombing
Terkini