CABAI RAWIT di Sulawesi Utara Tembus Rp113.300/Kg

Bisnis.com,21 Nov 2014, 13:20 WIB
Penulis: News Editor
Provinsi Sulut akan membeli cabai rawit dari Nusa Tenggara Barat. /Bisnis.com

Bisnis.com, MANADO - Harga cabai rawit di sentra perdagangan Kota Manado, Povinsi Sulawsi Utara (Sulut) terus melonjak hingga mencapai Rp113.300 per kilogram (kg).

"Harga cabai di sejumlah pasar tradisional di Kota Manado dan sekitarnya meningkat 25,89 persen dari Rp90.000/kg pada Kamis (20/11) menjadi Rp113.300 per kg pada Jumat," kata Kabid Perdagangan Dalam Negeri, Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sulut, Hanny Wajong, di Manado, Jumat (21/11/2014).

Hanny mengatakan harga cabai di Manado mengalami peningkatan akibat stok di tangan pedagang yang mulai menipis. Namun, pemerintah akan terus melakukan pemantauan sehingga pergerakan harga cabai tersebut akan secepatnya ditindaklanjuti jika terus mengalami kenaikan.

"Upaya-upaya pasok dari luar akan kami lakukan, bahkan sementara sudah dilakukan," jelasnya.

Provinsi Sulut akan membeli cabai rawit dari Nusa Tenggara Barat (NTB) jika stok semakin berkurang, guna menjaga kestabilan harga jelang Natal dan Tahun Baru.

"Kami akan beli cabai rawit dari daerah sentra seperti NTB jika stok di pusat perdagangan pasar tradisional semakin berkurang," katanya.

Jika harga semakin meningkat, katanya, otomatis stok juga berkurang di pasaran, maka pemerintah akan terus menjaga agar pasokan dari luar tetap lancar, agar permintaan konsumen terpenuhi.

Pihaknya terus melakukan pemantauan dan pengawasan harga kebutuhan pokok baik di pasar tradisional maupun swalayan. "Setiap hari ada tim khusus yang memantau pergerakan harga kebutuhan pokok, sehingga akan secepatnya diketahui, jika ada pergerakan harga," jelasnya.

Yuvita (38) mengatakan, cabai rawit sudah menjadi salah satu kebutuhan pokok orang Manado, karena tidak bisa makan tanpa makanan yang pedas. "Jadi mau tidak mau, meskipun mahal tetap akan dibeli, tapi sangat berpengaruh pada pengeluaran rumah tangga," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini