Bagaimana Peluang Capai Target Ekspor 2015? Ini Kata Pengamat

Bisnis.com,25 Nov 2014, 16:11 WIB
Penulis: Wike Dita Herlinda

Bisnis.com, JAKARTA – Kementerian Perdagangan membidik target ekspor 2015 senilai US$192 miliar, naik dari target tahun ini senilai US$184,3 miliar. Bagaimana peluang Indonesia untuk mencapai target tersebut?

Pakar industri dan peneliti LP3E Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia Ina Primiana berpendapat besarnya tantangan ekspor 2015 masih belum akan surut dari yang ada tahun ini. Perlu diingat, target ekspor 2014 saja dikoreksi dari ketetapan semula senilai US$190 miliar.

“Tahun depan masih berat. Apalagi setelah harga BBM bersubsidi naik, pasti ada tuntutan kenaikan upah. Jadi, sebenarnya masih banyak potensi hambatan yang bakal memperlambat kinerja ekspor kita. Kecuali kalau pemerintah cepat menghilangkan hambatan itu,” katanya kepada Bisnis, Selasa (25/11/2014).

Menurutnya, salah satu hal yang harus sangat diperhatikan pemerintah untuk mencapai target ekspor 2015 adalah memastikan kecukupan bahan baku di dalam negeri untuk industri hilir. Oleh sebab itu, pembangunan industri hulu harus diprioritaskan.

Selain itu, kata Ina, pemerintah harus lebih berani dalam melarang ekspor barang mentah. “Namun itu mesti diimbangi dengan kesiapan industri hilirnya. Kalau kita mau larang ekspor barang mentah, harus lihat dulu apakah barang hasil penghiliran bisa diekspor.”

Dia menjelaskan untuk dapat memaksimalkan ekspor nonmigas berbasis produk bernilai tambah dibutuhkan waktu setidaknya 3 tahun. Hal itu dapat dipercepat melalui penguatan sektor hulu, penyegaran iklim usaha, dan kemampuan mencari pasar nontradisional.

“Saya rasa tinggal itu saja. Kan sekarang saja belum secara tegas dipetakan tentang larangan ekspor komoditas dan pembangunan industri-industri hulu dan hilir untuk komoditas andalan, seperti karet, rumput laut, dan sebagainya.”

Menyoal target ekspor 300% dalam 5 tahun ke depan, dia mengatakan hal itu memang harus diimbangi dengan pembangunan infrastruktur yang terarah. Proyek-proyek sebaiknya ditujukan ke titik-titik yang memang paling potensial untuk pengembangan industri.

“Kita harus lihat demand-nya, karena memang infrastruktur itu dibangun untuk menjawab permintaan industri. Harus hati-hati ketika membangun, apakah itu tujuannya untuk memperkuat industri yang sudah ada di sana atau memikat yang belum ada.”

Pasalnya, pencapaian target 300% dalam setengah dasawarsa sangat tergantung pada kesiapan industrinya untuk menjawab tantangan Kemendag. “Dari sekarang sudah harus ada bayangan industri-industri itu akan diarahkan ke mana. Sekarang memang belum kelihatan.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini