Kebijakan Pemerintahan Dinilai Bikin Prospek Industri Kesehatan Cemerlang

Bisnis.com,26 Nov 2014, 16:17 WIB
Penulis: Wike Dita Herlinda

Bisnis.com, JAKARTA - Dari kaca mata ekonom, bisnis jasa dan produk kesehatan—termasuk jamu—bakal menjadi salah satu lini yang memiliki potensi akselerasi pertumbuhan terkencang di Indonesia. Apalagi, belanja kesehatan diperkirakan tumbuh 20%, masing-masing pada 2015 dan 2016.

Analis UOB-Kay Hian Holdings Ltd Stevanus Juanda berpendapat mengkilapnya prospek bisnis medis juga dipicu oleh kenaikan belanja kesehatan oleh pemerintah dan masih banyaknya potensi yang belum tergarap dibanding negara Asean lain.

“Sudah diatur bahwa pemerintah pusat akan mengalokasikan 5% anggaran belanja ke sektor kesehatan dan pemerintah daerah 10%. Apalagi, sekarang Presiden Jokowi juga lebih fokus ke sektor jasa kesehatan, terbukti dengan dibagikannya Kartu Indonesia Sehat [KIS],” jelasnya (26/11/2014).

Menurutnya, peluang pengembangan jasa kesehatan di Indonesia masih sangat luas karena pangsa yang sudah tergarap baru bernilai US$28 miliar pada 2013.

Padahal, jumlah penduduk mencapai 250 juta jiwa. Tahun lalu, belanja kesehatan per kapita RI adalah US$112.

Angka itu jauh di bawah Malaysia senilai US$440, China US$379, dan Thailand US$330.

Nilai ekonomi industri kesehatan di Indonesia, lanjut Stevanus, dapat naik dua kali lipat dari US$27,9 miliar tahun lalu menjadi US$60,8 miliar pada 2020.

“Nah, bersamaman dengan tren itu, konsumsi obat herbal atau jamu juga dapat terus meningkat, selain karena memang sudah dikenal sejak dulu, orang-orang juga semakin aware dengan obat berbahan alami. Inilah mengapa industri jamu bakal lebih prospektif.”

Di sisi lain, sambungnya, prospek bisnis obat farmasi juga bakal cemerlang karena pemerintah memperluas cakupan kebijakan layanan kesehatan. Akibatnya, kebutuhan akan obat generik juga akan terus bertumbuh.

“Ini seharusnya menjadi peluang pertumbuhan yang sustainable untuk digarap di masa yang akan datang. Pasar farmasi Indonesia adalah yang terbesar di Asean dengan nilai US$5,9 miliar, tapi angka konsumsi per kapitanya baru US$24, di bawah Malaysia US$64, Thailand US$71, dan China US$99,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Saeno
Terkini