Produsen Alat Kesehatan Lokal Mengaku Tak Kebagian Proyek Pemerintah

Bisnis.com,26 Nov 2014, 11:36 WIB
Penulis: David Eka Issetiabudi
Kalangan industri alat kesehatan dan laboratorium menyayangkan sikap pemerintah yang tidak mendukung pertumbuhan industri dalam negeri. /

Bisnis.com, JAKARTA— Kalangan industri alat kesehatan dan laboratorium menyayangkan sikap pemerintah yang tidak mendukung pertumbuhan industri dalam negeri dengan menggantungkan penggunaan produk impor sebesar 90%.

Titah Sihdjati Riadhie, Ketua Umum Gabungan Pengusaha alat kesehatan dan Laboratorium Indonesia, mengatakan pemerintah tidak memiliki willingness untuk menggunakan produk lokal, walaupun industri dalam negeri terus berbenah dan meningkatkan kualitasnya.

“Percuma kami mendaftarkan produk kami guna membuktikan tingkat komponen dalam negeri sudah menyentuh 40%. Karena dalam proses tender, hal itu tidak dipentingkan dan lebih memilih produk impor,”  katanya saat dihubungi Bisnis.com, Selasa (25/11).

Dia mengatakan pendaftaran produk alkes yang membutuhkan waktu lama dan mengeluarkan biaya tidak direspons oleh pemerintah sebagai pasar utama industri alkes dan laboratorium sebesar 80%.

Pihaknya dapat mengerti jika penggunaan produk berteknologi tinggi masih dipasok dari impor, akan tetapi produk sederhana seperti tempat tidur, lemari belum dipasok dari dalam negeri. Titah mencontohkan, produk tempat tidur yang sudah mampu dihasilkan oleh produsen lokal dengan kualitas tinggi tidak mendapat peran dalam tender pemerintah.

Alasan pemerintah tidak memandang produk lokal di antaranya, diragukannya mutu, keamanan dan keselamatan produksi dan tingkat kapasitas produksi. Gakeslab mengharapkan pemerintah membuka keran penggunaan produk dalam negeri, sehingga daya saing industri meningkat.

“Berbeda dengan Malaysia, mereka langsung memagari industri alkesnya. Sehingga impor tidak bisa main-main. Kalau di Indonesia, selama ini sistem tender jelas tidak berpihak, kami menunggu sistem e-catalog dapat berpihak pada industri dalam negeri,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Setyardi Widodo
Terkini