Daya Saing Sumber Daya Alam dan Energi Balikpapan Rendah

Bisnis.com,03 Des 2014, 19:52 WIB
Penulis: Nadya Kurnia
Ilustrasi

Bisnis.com, BALIKPAPAN—Meskipun Balikpapan termasuk ke dalam kota dengan peringkat daya saing 10% ke atas, kota ini justru memiliki indikator sumber daya alam dan energi yang rendah.

Berdasarkan data riset daya saing daerah yang dikeluarkan Bank Indonesia, sumber daya alam dan energi di Balikpapan bahkan tak termasuk dalam sektor indikator unggulan. Bahkann nilai yang dimiliki Balikpapan berada di bawah rata-rata dari 482 kabupaten/kota yang menjadi sampel.

“Padahal Balikpapan penghasil minyak. Tapi indikator SDA dan energi variabelnya bukan hanya minyak, tapi juga kapasitas listrik,” tutur Direktur Pusat Riset dan Studi Bank Sentral Bank Indonesia Siti Astyah kepada wartawan, Rabu (3/11/2014).

Hal ini menunjukkan ketersediaan listrik masih belum memadai di Balikpapan, sehingga kota minyak tak memenuhi standar rata-rata indikator SDA dan energi

“Ini belum kami masukkan variabel air bersih. Kalau dimasukkan juga mungkin akan semakin menurun,” katanya.

Dia mengatakan, Balikpapan unggul dalam indikator produktivitas, kemudahan investasi, sumber daya manusia, potensi masyarakat, transportasi dan komunikasi, serta layanan jasa perbankan dan koperasi.

Data yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia ini didapatkan dari riset dengan 482 kabupaten/kota sebagai sampel dan menggunakan data sekunder. Siti mengatakan pihaknya akan bekerja sama dengan pemerintah daerah untuk mendapatkan data primer pada riset yang akan datang.

Sementara itu, Kepala Perwakilan Kantor Bank Indonesia Balikpapan Mawardi Ritonga menganggap data riset ini merupakan sumber informasi yang bagus bagi pemerintah, perbankan, dan pelaku usaha di Balikpapan.

“Saya akan bagikan data ini ke semua pelaku. Dengan data ini mereka akan tahu peluang investasinya harus dilarikan ke mana,” tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rachmad Subiyanto
Terkini