MasterCard Bidik Sistem Pembayaran untuk UKM

Bisnis.com,03 Des 2014, 19:14 WIB
Penulis: Farodilah Muqoddam
Produk kartu kredit Mastercard. Bidik sistem pembayaran untuk UKM/Bisnis

 Bisnis.com, JAKARTA --MasterCard membidik peluang bisnis sistem pembayaran elektronik untuk segmen nasabah perusahaan berskala kecil dan menengah (small and medium enterprises/SME) di Indonesia.

President South East Asia MasterCard Matthew Driver mengatakan peluang untuk pengembangan sistem pembayaran bagi segmen nasabah SME sangat terbuka karena bisnis ini belum banyak digarap padahal potensinya besar. Produk semacam ini telah banyak digunakan oleh perusahaan-perusahaan berskala besar dan perusahaan multinasional.

Saat ini, banyak sekali perusahaan kecil dan menengah di Indonesia yang masih mengandalkan sistem pembayaran tunai untuk setiap transaksi dalam jaringan distribusi produk-produk mereka. Sejumlah perusahaan telah menggunakan transaksi elektronik melalui transfer antarrekening bank, namun belum dilakukan secara otomatis.

“Kami sedang mengembangkan platform yang memungkinkan otomatisasi sistem pembayaran bagi perusahaan berskala SME,” ujarnya dalam wawancara eksklusif dengan Bisnis.

Di antara produk yang potensial dikembangkan untuk mendukung otomatisasi sistem pembayaran di kalangan nasabah perusahaan berskala kecil dan menengah adalah kartu elektronik untuk pembelian (purchasing card), kartu untuk mengelola pengadaan barang (procurement card), dan kartu debet sederhana yang khusus didesai untuk mendukung transaksi bisnis.

Sistem pembayaran khusus bagi nasabah pengusaha kecil dan menengah ini diyakini akan membantu mereka menata manajemen pelaporan keuangan serta menekan biaya operasional.

Selain itu, sistem yang tercatat secara elektronik akan membantu nasabah menyusun portofolio pengelolaan keuangan sehingga akan bermanfaat ketika mereka hendak mengakses pinjaman dari bank karena semua transaksi telah terekam dengan baik.

Matthew mengatakan pengembangan produk ini harus melibatkan sejumlah pihak, termasuk pemerintah serta regulator di bidang sistem pembayaran dan perbankan. Sebab, diperlukan kerja sama untuk menyusun standardisasi sistem pelaporan keuangan bagi perusahaan SME yang dapat diakui oleh semua pihak.

“Harus melibatkan pemerintah agar standarnya sama,” ujarnya.

Pengembangan bisnis ini, menurut Matthew, sejalan dengan upaya Bank Indonesia untuk menggalakkan less cash society alias pengurangan penggunaan uang tunai. Sebuah upaya yang tidak mudah, karena sejauh ini pemanfaatan uang tunai masih sangat dominan di Indonesia.

Sepanjang tahun ini saja, BI memesan pencetakan 7,6 miliar bilyet uang kertas dan 1,9 juta keping uang logam kepada Perum Peruri untuk memenuhi kebutuhan uang tunai di seluruh wilayah. Biaya yang dikeluarkan oleh BI juga tak sedikit untuk memastikan peredaran uang kartal mencukupi kebutuhan warga.

Inisiatif untuk mengurangi ketergantungan terhadap uang tunai diyakini akan membantu menghemat biaya pengelolaan uang tunai. Bukan hanya bagi BI, tapi juga untuk nasabah.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Ismail Fahmi
Terkini