Pelemahan Harga CPO & Karet Perlambat Kredit Pertanian

Bisnis.com,03 Des 2014, 16:40 WIB
Penulis: Heri Faisal

Bisnis.com, PADANG—Melemahnya harga komoditas CPO dan karet sepanjang tahun ini menyebabkan kredit sektor pertanian mengalami perlambatan sangat dalam di Sumatra Barat, padahal sektor itu berkontribusi hingga 65% terhadap perekonomian daerah.

Pengawas Bank Senior Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Sumbar Bob Haspian menuturkan pelemahan harga CPO dan karet dunia ikut mengerek lambannya penyaluran kredit sektor pertanian di daerah itu.

“Harga pasar komoditas itu sangat mempengaruhi. Mau tidak mau bank lebih prudent menyalurkan kredit, sehingga akhirnya terus mengalami perlambatan,” katanya kepada Bisnis.com, Rabu (3/12).

Bob menyebutkan hampir seluruh sektor yang dibiayai perbankan mengalami perlambatan pertumbuhan akibat tekanan yang dihadapi industri keuangan.

Namun, sektor pertanian yang porsinya terhadap perekonomian Sumbar sangat dominan paling merasakan dampak itu.

Sampai triwulan tutup buku tahun ini, dia memperkirakan kondisi tersebut belum berubah.

Mengingat pemerintah baru saja mengeluarkan kebijakan menaikkan harga BBM bersubsidi, kenaikan BI Rate, dan belum stabilnya harga komoditas tersebut di pasar dunia.

Data Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) yang dirilis Bank Indonesia mencatatkan sepanjang triwulan III/2014 kredit sektor pertanian kian tumbuh melambat 1,2% dari Rp3,73 triliun pada triwulan III/2013 menjadi Rp3,78 triliun.

Perlambatan kredit sektor pertanian itu sudah tampak sejak awal tahun, pertumbuhan triwulan I/2014 hanya 5,2%, lalu turun drastis menjadi hanya 2,9% di triwulan kedua, dan tumbuh semakin tipis pada triwulan ketiga sebesar 1,2%.

Indra Wediana, Direktur Pemasaran dan Syariah Bank Nagari mengatakan perseroan meningkatkan manajemen kehati-hatian dalam menyalurkan kredit terutama ke sektor pertanian, perdagangan dan jasa untuk mengerem laju rasio kredit bermasalah.

“Selagi situasi ekonomi masih belum membaik, bank tentu akan lebih hati-hati,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini