KAKAO: Asosiasi Minta Gernas Lagi, Kementan Bilang Baru Bisa 2016

Bisnis.com,13 Des 2014, 01:09 WIB
Penulis: Irene Agustine
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi Kakao Indonesia mendesak pemerintah untuk mengaktifkan kembali program Gerakan Nasional Kakao pada tahun depan, mengingat intensifikasi saja tak cukup untuk meningkatkan produktivitas komoditi itu.

Ketua APKAI Arief Zamroni menilai target Indonesia menjadi produsen kakao terbesar di dunia pada 2020 terlalu muluk apabila pemerintah hanya melakukan program rutinitas seperti intensifikasi, tetapi tidak lagi meluncurkan program rehabilitasi semasif Gernas Kakao pada tahun depan.

“Presiden sudah bilang jelas [menjadikan Indonesia sebagai produsen kakao terbesar]. Tapi kalau tidak ada program besar-besaran, hanya ada anggaran intensifikasi saja itu sangat sulit,” katanya, Jumat (12/12/2014).

Dia mengatakan kondisi kakao saat ini lebih membutuhkan peremajaan mengingat tanaman kakao sudah banyak yang tua dan rusak. Terlebih, pengolahan kakao kini telah menjamur, sehingga ketersediaan bahan baku sangat dibutuhkan.

“Kita sudah lihat metode sambung pancing dan sambung pucuk itu potensinya luar biasa, kami petani sangat menunggu Gernas atau program sejenis Gernas dilakukan lagi,” katanya.

Data Kementerian Pertanian menyebutkan Gernas Kakao menyumbang kontribusi sebesar 16,8% dari total produksi nasional pada 2012. Adapun, Gernas Kakao menyumbang 22,7% dari total produksi 712.000 ton pada 2013.

Meski demikian, Kementerian Pertanian mengisyaratkan program peremajaan kakao itu tidak menjadi prioritas pemerintah pada tahun depan.

Dirjen Perkebunan Kementan Gamal Nasir mengatakan tahun depan baru akan melakukan pemetaan pada daerah-daerah yang diperkirakan dapat menjadi sentra kakao seperti halnya Sulawesi Selatan.

“Rencana sih ada, tapi liat APBN kita. Mungkin 2016 iya, tapi 2015 kayaknya enggak deh,” katanya.

Dia mengatakan akan melakukan evaluasi menyeluruh terhadap pelaksanaan Gernas kakao sampai tahun ini, termasuk pertimbangan mengganti nama program menjadi pengembangan kakao berkelanjutan.

“Kita masih mapping dulu, apakah dikelola dengan baik sesuai dengan mekanisme dan anggaran yang berlaku,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Nurbaiti
Terkini