TIM REFORMASI MIGAS: ISC Pertamina Punya Peran Besar di Petral

Bisnis.com,22 Des 2014, 17:50 WIB
Penulis: News Editor
Ilustrasi/Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA - Tim Reformasi Tata Kelola Migas mengaku sudah memanggil Integrated Supply Chain (ISC), anak usaha PT Pertamina (Persero) yang diketahui berperan besar dalam proses usaha jual beli minyak yang dilakukan Petral.

"ISC sudah dipanggil. Kita ketemu dalam rapat dengan Pertamina," kata anggota tim Reformasi Tata Kelola Migas Agung Wicaksono di Kantor Kementerian ESDM, Jakarta, Minggu (21/12/2014).

Agung yang juga anggota UKP4 menjelaskan bahwa ISC adalah salah satu divisi usaha Pertamina yang berperan besar dalam bisnis migas Petral.

"Dia (ISC) yang menetapkan spek, volume, kebutuhan. Lalu dikembalikan ke Petral untuk dijalankan. Jadi memang benar ISC sangat signifikan perannya," ucap Agung.

Hanya saja Agung tidak menjelaskan, apakah ISC ini juga akan diusut. Dia juga tak menjelaskan ketika disebut bahwa ada banyak dugaan kejanggalan dalam ISC.

"Beberapa waktu lalu kita sudah datangkan ISC rapat. Waktu itu dengan Pertamina semua. Sudah kok," katanya.

Menteri ESDM Sudirman Said cukup paham apa yang dilakukan ISC dalam bisnis migas di Indonesia. Sudirman dipercaya menjadi Staf Ahli Dirut Pertamina pada era Ari Soemarno. Selanjutnya, ia dipercaya sebagai Sekretaris Perusahaan, sebelum menduduki posisi strategis sebagai Senior Vice President ISC.

Ditempat yang sama Kepala Tim Khusus Reformasi Tata Kelola Migas (RTKM) Faisal Basri bercerita soal audit yang dilakukan pihaknya terhadap Petral.

"Saya enggak apa-apa difitnah. Dibilang masuk angin dan segala macam, padahal kita sampaikan sesuatu berdasarkan pendalaman," kata Faisal.

Dirinya mengatakan bahwa Petral selama ini ternyata hanya trader, pedagang.

"Kita melakukan proses rekomendasi berdasarkan kajian. Apa itu Petral, kegiatannya apa saja. Banyak yang enggak tahu bahwa Petral lakukan trading juga. Selain impor juga ekspor," katanya.

Lebih lanut dirinya juga mengingatkan bahwa Indonesia nantinya pasti akan lebih banyak konsumsi BBM sedangkan produksi menurun. Inilah alasannya, kenapa Indonesia harus melakukan trading atau jual-beli migas.

"Nantinya, dalam trading ini apakah lebih banyak perusahaan IOC atau bagaimana. Itu nanti," tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Sepudin Zuhri
Terkini