MASA TANAM MUNDUR: KTNA Perkirakan Impor Beras Capai 600.000 ton

Bisnis.com,05 Jan 2015, 22:40 WIB
Penulis: Irene Agustine
Pergerakan stok dunia tersebut akan mempengaruhi patokan harga beras di Indonesia. /Bisnis.com

Bisnis.com, JAKARTA – Kontak Tani Nelayan Andalan memperkirakan mundurnya masa tanam padi dari September ke November pada 2014 lalu menjadi salah satu pemicu akan dilakukannya impor beras pada semester I 2015.

Ketua KTNA Winarno Thohir mengatakan akan terjadi kekosongan produksi yang seharusnya dimulai pada Januari-Maret, karena masa tanam yang mundur mengakibatkan gesernya panen ke Maret-Mei.

Akibatnya, harga beras akan melonjak tajam pada periode Januari-Februari. Selain melakukan operasi pasar, dia mengatakan pemerintah kemungkinan akan mengimpor beras pada awal tahun untuk meredam tingginya harga.

“Tapi ini tergantung pada raskin (beras miskin). Kalau program raskin memang dilanjutkan, maka stok 1,78 juta ton yang ada saat ini  hanya untuk raskin sehingga impor memang harus dilakukan,” katanya kepada Bisnis.com, Senin (5/1/2015).

Sementara itu, apabila program raskin tidak dilanjutkan Winarno mengatakan stok tersebut dapat menyeimbangkan harga beras di pasaran.

Bulog mencatat penyaluran raskin pada tahun 2014 mencapai 2.773.777 ton. Sementara itu, stok akhir beras Bulog pada tahun ini mencapai 1.789.807 ton.

Dia menaksir setidaknya dibutuhkan impor beras sebesar 600.000 ton pada semester I untuk mencukupi kekurangan dua bulan untuk program raskin dan operasi pasar. “Jadi impor ini dilakukan untuk menyelamatkan harga pada Januari-Februari, tapi harus bulog yang melakukan,” katanya.

Saat ini, harga gabah telah melonjak dari sebelumnya Rp5.700 menjadi Rp6000 saat ini. Winarno memprediksi harga gabah akan terus melonjak mencapai harga Rp6400-6500 di tingkat petani apabila kekurangan stok betul terjadi pada Januari-Februari.

Sebaliknya, Ketua Perhimpunan Ekonomi Pertanian Indonesia Bayu Krisnamurthi mengatakan impor beras tidak akan dilakukan meskipun pada Januari-Februari akan terjadi kenaikan harga beras.

“Saya rasa tidak. Petani sekarang makin pintar, mereka sudah lebih bisa mengikuti iklim tersebut, Januari-februari akan terjadi kenaikan harga, tetapi tidak akan terjadi kelangkaan dan tidak ada impor,” katanya beberapa waktu lalu.

Meski demikian, Bayu memprediksi ketersediaan stok beras dunia tahun depan akan menurun menjadi 177 ton dibandingkan stok tahun lalu 181 juta ton sesuai dengan laporan yang dilansir United States Departement of Agriculture dan Organisasi Pangan Dunia.

Dia mengatakan pergerakan stok dunia tersebut akan mempengaruhi patokan harga beras di Indonesia,  “Mudah-mudahan tidak berimbas pada kita, karena biasanya harga beras naik untuk Indonesia inflasinya serius,” katanya.
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini