Bisnis.com, JAKARTA--Hasil stress test Bank Indonesia (BI) menilai industri perbankan kian mampu menghadapi risiko kredit, suku bunga dan nilai tukar.
Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah menjelaskan perekonomian dan sistem keuangan Indonesia akan dihadapkan oleh empat risiko utama. Pertama, normalisasi kebijakan moneter AS. Kedua, potensi risiko likuiditas yang masih tinggi.
"Ketiga, berlanjutnya penurunan harga-harga komoditas. Dan terakhir adalah meningkatnya kerawanan eksternal akibat kembali naiknya rasio utang luar negeri," jelasnya dalam keterangan resmi, Senin (12/1/2015).
Skenario terburuk yang disiapkan oleh BI yakni koreksi surat berharga negara (SBN) turun hingga 20%, hanya menunjukan penurunan rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) 142 bps. BI menilai stress test secara terintegrasi dengan kombinasi risiko pasar dan risiko kredit, juga menunjukkan CAR industri perbankan masih cukup kuat diatas 8%.
Dalam stress test, bank sentral membuat skema pelemahan nilai tukar rupiah hingga Rp15.500 per dolar AS. Dari skema tersebut, diperoleh 7 korporasi atau 8,77% dari total korporasi yang diobservasi berpotensi involvent atau mencatatkan permodalan yang negatif.
Halim menegaskan dalam pengujian dengan skenario Rp15.500 per dolas AS agar tidak diartikan bahwa angka tersebut adalah level toleransi BI. Dia menegaskan bahwa BI tidak menetapkan level tertentu dalam stabilitasi nilai tukar rupiah.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel