Awas...Daging Babi Pemicu Inflasi di Denpasar

Bisnis.com,15 Jan 2015, 15:42 WIB
Penulis: Redaksi

Kabar24.com, DENPASAR--Bank Indonesia Provinsi Bali mencatat matadagangan daging babi merupakan komoditas dengan frekuensi tertinggi menyumbang inflasi di Kota Denpasar pada tahun 2014 yakni sebanyak 11 kali.

Kepala BI Bali, Dewi Setyowati di Denpasar, Kamis, menjelaskan bahwa selain daging, daging ayam ras juga menyumbang frekuensi tinggi yakni sebanyak delapan kali, dan beras, ikan-ikanan serta cabai masing-masing enam kali.

"Komoditas tersebut berkontribusi menyumbang inflasi di Bali yang berada di atas nasional yakni sebesar 8,36 persen," katanya, tulis Antara.

Sedangkan komoditas penyumbang utama inflasi Kota Denpasar adalah bensin, beras, cabai merah, tarif listrik, dan cabai rawit.

Selain mencatat inflasi di Ibu Kota Provinsi Bali itu, BI juga mencatat penyumbang inflasi di Singaraja seperti bensin, cabai rawit, beras, dan sewa rumah.

Dewi menambahkan beberapa komoditas penyumbang inflasi yaitu cabai rawit dan cabai merah, pada tahun 2013 tercatat surplus masing-masing sebanyak 15,152 ton per tahun dan 10,158 ton per tahun.

Meski demikian, cabai rawit dan cabai merah masih tetap menjadi penyumbang inflasi dikarenakan permasalahan ketidaksesuaian antara waktu kebutuhan dengan waktu pasokan.

Sementara itu, terkait permasalahan daging babi yang menjadi komoditas penyumbang inflasi dengan frekuensi terbanyak, Kepala Bidang Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Provinsi Bali, Agus Suryawan menyatakan bahwa peningkatan harga daging babi dipicu oleh kenaikan pakan ternak.

Ketua TPID Provinsi Bali, Ketut Sudikerta berharap Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) baik di provinsi maupun kabupaten akan terus meningkatkan koordinasi dalam melakukan upaya pengendalian inflasi daerah.

Untuk itu sejumlah rencana tindak lanjut akan segera dilaksanakan termasuk pembentukan TPID di seluruh kabupaten/kota di Pulau Dewata dan pengaktifan jembatan timbang dalam optimalisasi pengumpulan data melalui pendataan khusus pasokan surplus dan defisit antar daerah serta pencegahan kerusakan jalan akibat muatan berlebih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini