Ini Cara Analis Goblok Menghitung Efek Harga Semen

Bisnis.com,22 Jan 2015, 15:50 WIB
Penulis: Satrio Utomo
Satrio Utomo/Bisnis

Selamat pagi…

Saya sedang terinspirasi oleh Almarhum Om Bob Sadino (semoga Allah SWT menerima seluruh amal ibadah dan kebaikan beliau).

Saya menggoblokkan diri sendiri terlebih dahulu sebelum menggoblokkan orang lain.

Saya itu… memang goblok kalau urusan analisis fundamental.  Sudah beberapa orang menawarkan lowongan kerja kepada saya, tapi akhirnya mereka mundur sendiri karena tahu saya paling males (karena gak bisa atau gak biasa… saya juga sudah tidak tahu lagi… hehehe) kalau disuruh bikin model fundamental.

Bermodal ilmu goblok-goblokan ini… saya mencoba mencerna Penurunan harga semen Rp 3000 per zak yang dilakukan oleh pemerintah di awal minggu yang lalu.  Saya mencoba berhitung pada Semen Gresik. CMIIW yaaaaa…. (kalau saya ngaco.. tolong dibenerin).

Nah.. sekarang… kita bisa bilang bahwa valuasi SMGR untuk akhir tahun 2015 adalah sebesar Rp 14.212.  Benarkah pendapat analis seperti ini?

Ya pasti SALAH!!!

Namanya juga analis goblok.  Pasti salah hitungan valuasinya.  Hehehe.  Tapi.. saya tidak mau mempermasalahkan cara berhitungnya bagaimana.

Saya lihat.. ada kesalahan lain yang sebenarnya bisa mengganggu.  Kesalah tersebut adalah sebagai berikut:

  1. Harga semen, disesuaikan sesuai dengan penurunan yang terjadi pada harga BBM Subsidi.  Artinya.. karena kedepan harga BBM Subsidi bakal bergerak naik turun sesuai dengan pergerakan harga minyak… maka ADALAH SALAH jika kemudian kita berasumsi bahwa pemotongan sebesar Rp3000 yang hanya satu kali ini.. kemudian akan berlangsung tetap selama 1 tahun!  Orang harga nanti bakal disesuaikan berkali-kali .. entah itu bulanan… triwulanan.. atau bagimana. Yang jelas .. harga semen akan bergerak naik turun… sesuai dengan pergerakan harga minyak dunia juga.
  2. Kesalahan yang kedua.. adalah bahwa penurunan sebesar Rp 3000 tersebut, langsung memberikan dampak yang tegak lurus (besarnya bulat Rp 3000 itu) terhadap laba bersih.  Hehehe. Saya gak tau deh.. perasaan…. kalau harga jual turun.. tapi biaya produksi juga turun (seingat saya.. komponen BBM dan biaya listrik adalah komponen yang cukup besar, sekitar 20%, dalam total biaya produksi semen).  Tapi intinya..  pengaruhnya tentu saja tidak bulat Rp 3000 begitu. Sepertinya bisa lebih kecil.

Pak… Apa pengaruhnya? Apa yang ingin Bapak sampaikan?

Hehehe… kalau anda lihat research report fundamental yang berkomentar tentang penurunan harga semen… lihatlah asumsi-asumsinya.  Minimal… dia harus memperkirakan penjualan semen dengan harga semen yang variabel.  Harga listrik dan BBM yang naik turun.  Tidak dengan harga tetap.

Kalau dia menggunakan harga tetap Pak? Bagaimana?

Ya berarti dia sama gobloknya dengan saya lah.  Berarti analis fundamental itu sama gobloknya dengan Satrio Utomo.  Kalau sama goblognya seperti itu.. mendingan jadi analis teknikal saja.. analis rumor… jangan jadi analis fundamental.

Ok?

Note: *disclaimer ON

Tulisan asli dapat dibaca di sini

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Redaksi
Terkini