Produk Baru, 90 Persen Gagal di Pasar, Simak Penyebabnya

Bisnis.com,22 Jan 2015, 18:14 WIB
Penulis: Bambang Supriyanto
Ray Crook, Managing Director Innovation and Product Development TNS Asia Pacific/Infynsy

Bisnis.com, JAKARTA - Sekitar 90 persen peluncuran produk perusahaan di seluruh dunia gagal karena tidak bisa memenuhi sejumlah persyaratan yang dibutuhkan untuk mendukung produk baru. 

"Sekitar 90 persen produk baru gagal. Hanya bertahan sekitar 3-4 bulan setelah itu menghilang di pasar," ungkap Managing Director Innovation and Product Development TNS Asia Pacific Ray Crook.

Apa saja penyebab produk yang baru diluncurkan gagal di pasar?

Berikut penjelasan dari Ray Crook:

Pertama, produk gagal karena tidak memahami pasar dan sehingga tidak mampu melihat peluang dan menggarapnya dengan baik.

Kedua, produk baru yang diluncurkan tidak memenuhi janji. Misalnya, produk makanan dan minuman (food & beverages) ternyata tidak bisa memuaskan konsumen karena faktanya tidak sesuai dengan janji awal. 

Ketiga, produsen salah dalam melakukan analisa tetapi cenderung menerapkan sudut pandang lama pada saat pasar tidak serumit sekarang. Produsen menerapkan analisa sekitar 20 tahun silam ketika tidak banyak perusahaan yang bermain dalam kategori produk sama.

Keempat, peluncuran produk baru tidak mendapatkan dukungan penuh dari segi promosi dan pemasaran. Hal itu mengakibatkan tidak ada komunikasi dalam hal branding sebuah produk.

Kelima, faktor kemasan produk yang kurang pas dan tidak bisa dikomunikasikan dengan baik kepada konsumen. Hal itu mengakibatkan konsumen tidak punya banyak alasan untuk membeli produk. Konsumen akan menjadi bingung apakah produk itu lama atau baru.

"Produk yang bertahan biasanya yang punya keunikan dan tidak sekadar latah, serta punya inovasi. Produk baru juga jangan sampai membuat konsumen tertekan (tensions) sehingga bingung mengambil keputusan," tegas Ray.

Dia menjelaskan produk yang berhasil harus bertahan jangka panjang, bukan jangka pendek yang hanya berusia sekitar 3-4 bulan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Bambang Supriyanto
Terkini