OPEC : Harga Minyak Tak Akan Jatuh ke US$20 per barel

Bisnis.com,22 Jan 2015, 10:30 WIB
Penulis: Surya Rianto
Demi menjaga pangsa pasar dari ancaman AS. /Bisnis.com

Bisnis.com, LONDON – OPEC yakin harga minyak akan bergerak rebound secara bertahap dan tidak akan terus jatuh hingga level US$20 per barel.

Abdalla El Badri, Sekretaris Jendral  Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC), mengatakan produsen minyak dari negara non-OPEC harus pangkas produksi lebih dulu agar harga bisa bangkit ke atas US$50.

“Tapi, saya yakin harga tidak akan jatuh sampai level US$20 sampai US$25, harga terendah mungkin berada di kisaran US$40 seperti saat ini,” ujarnya seperti dilansir Bloomberg pada Kamis (22/1/2015).

Namun, di sisi lain, Presiden Venezuela Nicolas Maduro sangsi harga minyak bisa kembali ke level US$100. Bahkan, dalam rancangan anggaran sepanjang tahun ini Maduro memangkas pendapat negara karena faktor jatuhnya harga minyak tersebut.

“Minyak tidak akan kembali ke US$100 dan devisa kami semakin menipis, tapi saya yakin tuhan akan menyediakan yang kami butuhkan,” ujarnya seperti dilansir Reuters.

Sebelumnya, Venezuela sudah dua kali berkunjung ke Rusia untuk membahas rencana kerja sama terkait stabilisasi harga minyak. Sayangnya, sampai pertemuan kemarin, Rusia masih menolak untuk memangkas produksi bersama OPEC demi harga minyak.

Bahkan, Irak, salah satu anggota OPEC semakin menggenjot produksinya agar dapat menjual minyak lebih banyak. Pasalnya, Irak telah kehilangan 50% pendapatan negara karena harga minyak yang rendah.

OPEC pun secara tersirat berpeluang melakukan pemangkasan produksi tapi dengan syarat seluruh negara non-OPEC juga pangkas produksi.

Bijan Namdar Zanganeh, Menteri Perminyakan Iran, mengatakan kalau ingin menstabilkan harga dibutuhkan dukungan dari negara OPEC dan non-OPEC untuk membuat investasi industri minyak menguntungkan semua pihak dari produsen sampai konsumen.

Adapun, alasan OPEC tidak melakukan pemangkasan produksi pada akhir November 2014 karena demi menjaga pangsa pasar dari ancaman AS yang semakin melonggarkan keran ekspor minyaknya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini