Bisnis.com, JAKARTA -- PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk mengklaim telah memberikan keuntungan kepada pemerintah selaku pemegang saham dalam bentuk peningkatan kapitalisasi pasar.
Yap Tjay Soen, Direktur Keuangan BNI, mengatakan dalam tujuh tahun terakhir kapitalisasi pasar saham BNI meningkat dari Rp88 triliun menjadi Rp114 triliun pada 2014.
"BNI dikasih recap bond [obligasi rekapitalisasi] Rp61 triliun, dengan marcap [kapitalisasi pasar] hari ini, pemerintah sudah untung," jelasnya, Kamis (5/2/2015)
Sebagaimana diketahui, Pemerintah Republik Indonesia hingga saat ini memegang 60% saham BNI sedangkan sisanya dimiliki publik.
Dengan kata lain, porsi kapitalisasi pasar saham BNI yang dimiliki pemerintah mencapai Rp68,4 triliun, lebih besar dari nilai obligasi rekapitalisasi yang disuntik pemerintah ke BNI 15 tahun yang lalu.
Per hari ini, kapitalisasi pasar BNI mencapai Rp120,3 triliun. Artinya kapitalisasi pasar yang dipegang pemerintah hari ini mencapai Rp72,18 triliun, lebih tinggi Rp11,18 triliun dibandingkan nilai recap bond yang pernah diberikan.
Yap menekankan, dengan nilai kapitalisasi pasar sebesar itu sebaiknya pemerintah mengurungkan niatnya memerger BNI dengan Bank Mandiri.
"Ini barang sangat kompleks, susah sekali [dimerger]. Ada yang mimpi jadi bank besar, tapi jangan sembarang mimpi, nanti jadi mimpi buruk," jelasnya.
Menurut Yap, mengatakan merger antarbank milik pemerintah perlu memperhatikan beberapa hal, terutama kepentingan pemilik saham minoritas dan kinerja bank hasil penggabungan ke depan.
Pernyataan ini menanggapi wacana pemerintah menggabungkan BNI dengan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk untuk membentuk anchor bank yang bisa bersaing di Asia Tenggara.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel