Awas, Utang Valas Bank Berpotensi Melonjak!

Bisnis.com,10 Feb 2015, 20:33 WIB
Penulis: Novita Sari Simamora

Bisnis.com, JAKARTA -- Peningkatan utang luar negeri bank diproyeksikan akan semakin besar, bila dana-dana di pasar domestik semakin mahal.

Berdasarkan Statistik Utang Luar Negeri Indonesia yang dirilis bank sentral, total utang bank mencapai US$31,6 miliar pada November 2014, tumbuh 29,19% dari posisi U$24,46 miliar dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Adapun nominal pinjaman paling tinggi berasal dari kelompok bank swasta nasional senilai US$16,04 miliar, lalu disusul oleh bank swasta campuran, bank pelat merah dan bank swasta asing masing-masing senilai US$9,07 miliar, US$3,41 miliar dan US$3,07 miliar.

Sementara itu, PT Bank Central Asia Tbk (BCA) sebagai bank swasta dengan aset terbesar juga telah meraih pinjaman dari luar negeri pada kuartal IV/2014, dengan nilai sekitar Rp5 triliun bertenor kurang lebih sebulan.

"Itu borrow jangka pendek, per Desember 2014, sudah kami lunasi,"  ucap Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja pada Bisnis, belum lama ini.

BCA mencari pinjaman dari luar negeri sebagai diversifikasi dana murah. Jahja mengungkapkan pada tahun lalu, bunga deposito perbankan cukup tinggi bahkan sempat di atas 9%. Menurutnya, meminjam dengan bunga 2,2% ditambah swap ke Bank Indonesia dengan bunga 6%, maka bunga yang dibayarkan hanya 8,2%.

BCA mengkalkulasi bahwa pinjaman dari luar negeri tersebut menjadi cara yang efektif, jika bunga deposito tinggi. Namun, kini setelah Otoritas Jasa Keuangan (OJK) membatasi simpanan deposito perbankan, maka bunga dana mahal turun. Jahja mengatakan BCA sudah tidak memerlukan dana asing lagi.

Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengungkapkan BI telah menerima pengajuaan utang bank hingga US$7,5 miliar pada tahun lalu. Menurutnya, bukan hanya pemerintah saja yang membutuhkan utang dari luar negeri, tetapi pihak swasta juga.

Menurutnya, ketika pemerintah mencari dana dari dalam negeri dengan menebitkan obligasi ritel Indonesia (ORI), surat utang syariah dan surat berharga (SBN), maka hal itu akan memicu perebutan dana dengan perbankan.

Apalagi rasio pembiayaan terhadap pendanaan (loan to deposit ratio/LDR) hampir menyentuh batas atas GWM LDR yang ditetapkan BI yakni 88,65%.

"Bank butuh funding tambahan dari luar negeri dan pasar uang antar bank," katanya.

Sepanjang 2014, utang bank yang disetujui BI mencapai US$7,5 miliar. Sementara itu, hingga November 2014, permintaan utang paling tinggi berasal dari bank swasta nasional senilai US$4,5 miliar. Disusul oleh bank swasta campuran, swast asing dan bank milik pemerintah yakni masing-masing sekitar US$1,49 miliar, US$835 juta dan US$427 juta sampai November 2014.

Untuk menjaga prinsip  kehati-hatian, katanya, BI telah merilis beleid tentang penerapan pinsip kehati-hatian untuk korporasi. Ketetapan tersebut juga mengatur kewajiban lindung nilai (hedging) debitur.

Posisi Utang Bank (US$Miliar)

TahunNilai UtangPertumbuhan (%)
201014,3850,89%
201118,4628,37%
201223,0124,64%
201324,466,30%
2014*31,629,19%

Sumber: Bank Indonesia
Keterangan: *= November 2014

 

 
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: News Editor
Terkini