Permintaan Semen pada Januari Nyaris Stagnan

Bisnis.com,12 Feb 2015, 18:58 WIB
Penulis: Dini Hariyanti
Stagnasi konsumsi semen di Pulau Jawa serta penurunan di beberapa wilayah lain terpengaruh cuaca dengan curah hujan relatif tinggi, sehingga distribusi terkendala./Ilustrasi-Jibiphoto

Bisnis.com, JAKARTA - Permintaan semen selama Januari tahun ini nyaris stagnan lantaran hanya meningkat 0,6% terhadap bulan yang sama tahun lalu.

Ketua Asosiasi Semen Indonesia (ASI) Widodo Santoso mengatakan  permintaan domestik selama tahun lalu berjumlah 4,67 juta ton, sedangkan pada bulan pertama tahun lalu 4,64 juta ton.

Demand semen di Pulau Jawa kenaikannya nol persen. Jumlahnya seperti Januari tahun lalu 2,55 juta ton,” tuturnya saat dihubungi Bisnis.com, Kamis (12/2/2015).

Perincian realisasi pemenuhan kebutuhan semen di sejumlah wilayah lain a.l. di Sumatra turun 9,6% menjadi 924.000 ton, Sulawesi juga turun sebesar 4,1% menjadi 334.000 ton, Bali dan Nusa Tenggara juga alami penyusutan permintaan 14,9% menjadi 295.000 ton.

Adapun permintaan yang tercatat lebih besar dibandingkan awal tahun lalu ialah di Kalimantan meningkat 16,1% menjadi 435.000 ton dan Maluku-Papua menjadi 133.000 ton alias tumbuh 50%. Secara keseluruhan Jawa selalu mendominasi, permintaan di pulau ini setara 54% demand nasional.

Stagnasi konsumsi semen di Pulau Jawa serta penurunan di beberapa wilayah lain terpengaruh cuaca dengan curah hujan relatif tinggi, sehingga distribusi terkendala. Hujan juga memperlambat pengerjaan berbagai proyek infrastruktur. Selain itu harga-harga komoditas tambang dan perkebunan juga belum menggeliat.

“Kalau petani kelapa sawit tidak dapat hasil yang bagus, misalnnya, multiplier effect-nya kemana-mana termasuk properti ikut terimbas,” ujar Widodo.

ASI memperkirakan permintaan semen pada bulan ini belum berubah seperti Januari. Dari segi cuaca saja curah hujan selama Februari relatif lebih tinggi ketimbang bulan lalu. Selain itu pengerjaan aktivitas fisik berbagai proyek infrastruktur diperkirakan baru akan tergenjot mulai pertengahan Maret 2015.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Yusuf Waluyo Jati
Terkini