2014, Kinerja Perusahaan Wilmar International Ltd. Melorot

Bisnis.com,12 Feb 2015, 20:09 WIB
Penulis: Anissa Margrit
Revenue Wilmar International tercatat sebesar US$43,08 miliar atau lebih rendah dari perolehan 2013 yang mencapai US$44,08 miliar. Laba bersih juga turut tertekan dengan hanya membukukan US$1,15 miliar dari sebelumnya US$1,31 miliar./Ilustrasi Benih sawit-Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA - Wilmar International Limited, perusahaan agribisnis milik pengusaha Indonesia Martua Sitorus, mencatatkan penurunan kinerja sepanjang 2014 dengan merosotnya pendapatan sebesar 2,3% secara year-on-year dan laba bersih anjlok 12,3% dari periode yang sama tahun sebelumnya.

Dalam laporan keuangan yang dirilis di Singapore Exchange (SGX), Kamis (12/2/2015), revenue mereka tercatat sebesar US$43,08 miliar atau lebih rendah dari perolehan 2013 yang mencapai US$44,08 miliar. Laba bersih pun turut tertekan dengan hanya membukukan US$1,15 miliar dari sebelumnya US$1,31 miliar.

“Rendahnya profit disebabkan kontraksi margin di sektor palm and laurics [kelapa sawit] selama sembilan bulan pertama 2014, dan juga kecilnya margin kedelai,” papar manajemen Wilmar.

Jika hanya melihat kinerja kuartal IV/2014, laba bersih memang mengalami pertumbuhan 8,7% menjadi US$401,2 juta dari setahun sebelumnya yang sebesar US$369,1 juta. Tetapi, pendapatan Wilmar tetap tertekan dengan hanya meraih US$10,77 miliar atau 7,3% lebih rendah dari kuartal III/2014.

Masih buruknya harga crude palm oil (CPO) membuat unit bisnis pengolahan minyak sawit hanya mampu menyumbang laba kotor US$77,2 juta pada tiga bulan terakhir 2014, merosot 11% secara year-on-year. “Cuaca yang tidak mendukung di Sumatra dan Kalimantan membuat production yield turun 5% ke 5,2 metrik ton (MT) per hektare,” sebut Wilmar.

Produksi tandan buah segar (TBS) juga melemah 7% menjadi 1,1 juta ton. Tetapi, secara keseluruhan sepanjang 2014 produksi TBS meningkat 7% menjadi 4,3 juta ton.

Chairman dan CEO Wilmar Kuok Khoon Hong mengatakan meski harga sawit, minyak mentah, dan gula bakal berdampak negatif terhadap perkebunan, biodiesel dari sawit, dan pengolahan gula, tapi lini pengolahan dan hilir mereka akan mendapat keuntungan.

Alasannya, harga pakan ternak menjadi lebih murah sehingga mendorong pertumbuhan yang lebih stabil dan kenaikan margin di unit bisnis tersebut.

“Bisnis biodiesel kami akan mendapat keuntungan dari kebijakan harga biodiesel yang baru diumumkan di Indonesia. Model bisnis kami yang terintegrasi akan menunjukkan kinerja lebih baik pada 2015,” tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Yusuf Waluyo Jati
Terkini