Bisnis.com, MALANG - Pertumbuhan kredit perbankan di Malang sampai akhir Desember 2014 hanya 8,55% atau lebih rendah dari rerata pertumbuhan nasional yang mencapai 15%.
Kepala Sub Bagian Pengawasan Kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Malang Yan Jimmy Hendrik Simarmata mengatakan rendahnya pertumbuhan penyaluran kredit sepanjang 2014 karena bisnis properti yang melesu, serta pertanian tebu hancur, dan usaha pertambangan yang tidak menentu karena hambatan regulasi.
“Namun faktor nasional juga berpengaruh, karena faktor Pemilu dan penaikan suku bunga acuan,” ujar Jimmy, Senin (16/2/2015).
Dengan adanya peristiwa politik, maka pengusaha menahan diri untuk melakukan ekspansi karena menunggu kepastian. Faktor lainnya adalah penaikan suku bunga acuan menjadi 7,75% berdampak naiknya bunga kredit sehingga pengajuan kredit otomatis berkurang.
Khusus di wilayah kerja OJK Malang, pelambatan ekonominya lebih besar karena faktor melesunya bisnis properti. Hal terdampak ditetapkan loan to value (LTV) bagi KPR untuk rumah nonsubsidi dan dilarangnya kepemilikan rumah ke dua untuk rumah bersubsidi.
Bisnis perumahan bersubsidi dinilai juga tidak marak karena regulasi pembebasan PPN baru terbit pada akhir semester I/2014. Karena itulah, pengembang menilai pembebasan PPN itu terlambat. Idealnya, pembebasan PPN bersamaan dengan adanya penetapan harga baru rumah bersubsidi.
Menurut Jimmy, pada 2015 diperkirakan pertumbuhan kredit maupun DPK lebih bagus bila dibandingkan realisasi pertumbuhan 2014.
Pada 2014, pertumbuhan kredit perbankan di Malang dan sekitarnya mencapai 8,55% menjadi Rp34,115 triliun bila dibandingkan posisi akhir 2013 yang mencapai Rp31,435 triliun.
Sementara itu, untuk penghimpunan DPK tumbuh 13,7% menjadi Rp44,130 triliun, sedangkan posisi penghimpunan DPK sampai akhir 2013 mencapai Rp38,807 triliun.
Untuk target bisnis perbankan pada 2015, kata dia, penyaluran kredit diharapkan tumbuh 16,43%, sedangkan penghimpunan DPK 14,23%. DPK dipatok lebih rendah karena penyaluran kredit pada 2014 melambat, namun penghimpunan DPK pertumbuhannya lebih baik.
Dengan begitu, maka likuiditas dana perbankan dari DPK sepanjang 2014 bisa disalurkan untuk pembiayaan pada 2015. Sementara itu, NPL dipatok mencapai 2,22% gross, serta aset ditargetkan tumbuh 15,29%.
“Saya optimistis, target-target tersebut bisa terpenuhi karena kondisi politik dan perekonomian relatif lebih baik daripada 2014,” ujarnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel