Komisi Vatikan: Skandal Pelecehan Seksual oleh Pendeta Jangan Ditutupi

Bisnis.com,17 Feb 2015, 21:47 WIB
Penulis: News Editor
Paus Francis (tengah) bersama Kardinal Sean Patrick O'Malley (kiri) dan Laurent Monsengwo Pasinya menghadiri konsistori pada Vatikan pada Jumat (13/2/2015)./Reuters

Bisnis.com, ROMA - Kardinal Amerika Serikat (AS) yang mengetuai Komisi Vatikan tentang pelecehan seksual anak-anak oleh pendeta, Senin (Selasa, 16/2/2015 WIB), memperingatkan rekan-rekannya para uskup Katolik Roma untuk tidak bersikap seolah-olah masalah itu telah berlalu.

Kardinal Sean O'Malley dari Boston mengatakan dalam konferensi di Universitas Kepausan Gregoriana Roma bahwa beberapa uskup masih enggan untuk menangani masalah ini secara terbuka.

"Ini akan menjadi bahaya bagi kami, sebagai pemimpin gereja, untuk mempertimbangkan bahwa skandal pelecehan seksual para pendeta sebagian besar adalah sejarah dan tidak menjadi perhatian mendesak di sini dan sekarang," kata O'Malley, yang komisinya memberi saran bagi Paus Fransiskus tentang cara untuk membasmi pelecehan yang telah mempermalukan gereja.

"Ini bukan topik yang menyenangkan. Lebih mudah untuk diabaikan dan berharap itu akan hilang (tapi) ketika kita defensif dan merahasiakan, hasilnya bencana," katanya dalam sambutannya.

O'Malley mengatakan pekan lalu, setelah 17 anggota komisi mengadakan pertemuan penuh pertama di Vatikan, bahwa kelompok ini tengah mempelajari sanksi bagi para uskup yang diduga menutupi atau gagal untuk mencegah terjadinya pelecehan seksual.

Kelompok korban telah mendesak Vatikan selama bertahun-tahun untuk membuat agar uskup lebih bertanggung jawab atas kasus pelecehan itu, bahkan jika mereka tidak secara langsung bertanggung jawab untuk itu.

Beberapa orang telah kehilangan jabatan mereka karena skandal pelecehan seksual di saat kepemimpinan mereka.

Pada awal bulan ini Paus mengirimkan surat tegas kepada para uskup di seluruh dunia yang memerintahkan mereka untuk menjadikan kerja sama dengan komisi untuk membasmi "momok" dari pelecehan seksual menjadi prioritas bahkan jika itu berarti mengungkap skandal baru.

Bagian dari tugas komisi itu, yang terdiri dari para uskup dan orang awam dari seluruh dunia, adalah untuk membantu keuskupan melakukan "praktik terbaik" untuk mencegah pelecehan dan bekerja sama dengan para korban dalam proses penyembuhan. Delapan anggota komisi itu adalah perempuan.

Skandal yang mendunia itu, pertama kali mengemuka di Boston pada 2001. Disebutkan pula bahwa para pelaku dipindahkan dari paroki ke paroki bukannya dipecat dan diserahkan kepada pihak berwenang.

Kardinal Bernard Law, pendahulu langsung O'Malley, melarikan diri ke Roma setelah skandal pelecehan terjadi di sana dan diberi jabatan seremonial yang penting oleh mendiang Paus Johanes Paulus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Yusuf Waluyo Jati
Terkini