KASUS OBAT ANESTESI: Investor Buang Saham Kalbe Farma

Bisnis.com,18 Feb 2015, 19:45 WIB
Penulis: News Editor
Obat bius Bunavest Spinal produksi PT Kalbe Farma Tbk./www.kalbemed.com

Bisnis.com, JAKARTA - Analis Reliance Securities, Lanjar Nafi Taulat Ibrahimsyah mengatakan kasus penarikan obat anestesi Buvanest Spinal dan Asam Tranexamat Generik, keluaran PT Kalbe Farma Tbk (KLBF) memengaruhi minat investor pada saham emiten perusahaan farmasi tersebut.

Investor khawatir hal itu bakal berdampak negatif bagi kinerja keuangan perusahaan farmasi tersebut. Mereka memilih melepas kepemilikan saham tersebut sementara waktu. “Dalam kondisi tersebut, panic selling memang wajar terjadi,” katanya kepada TEMPO seperti dikutip Rabu (18/2/2015).

Lanjar menjelaskan bagi setiap emiten sentimen negatif memang cenderung memicu aksi jual. Alasannya, sentimen negatif akan mengancam penurunan kinerja keuangan di masa mendatang, sehingga membuat investor khawatir potensi profit dari kepemilikan saham bakal berkurang.

Namun demikian, menurut Lanjar, prospek saham KLBF tetap sangat menarik. Pasalnya, dengan produk farmasi yang cukup variatif, penarikan dua obat tersebut dinilai takkan terlalu menganggu prospek bisnis yang dimiliki KLBF. “Penarikan dua obat yang bukan produk umum, tentu takkan menganggu bisnis KLBF,” sambungnya.

Secara teknikal, harga saham KLBF pada level Rp1.800-an per lembar juga dianggap Lanjar sesuai dengan ekspektasi pasar. Alasannya, titik resisten KLBF dalam jangka pendek memang berada pada kisaran level Rp1.870–Rp1.880 per lembar saham. “Secara teknikal, tak jauh dari target price,” tuturnya.

Pada perdagangan hari ini, saham KLBF memang cenderung tertekan. Hingga pukul 15.30 WIB, saham KLBF terkoreksi 5 poin (0,3%) ke level Rp1.805 per lembar saham. Dengan nilai perdagangan sebesar Rp157 miliar, KLBF menjadi salah satu saham yang mencatatkan kerugian terbesar (Top 10 losers).

Senin, 16 Februari 2015 lalu, seiring dengan koreksi IHSG sebesar 0,91 persen, saham KLBF juga anjlok 70 poin (3,74%) menjadi Rp1.800 per lembar saham. Lanjar mensinyalir aksi jual tersebut juga berkaitan dengan aktivitas penarikan obat yang dilakukan KLBF.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Yusuf Waluyo Jati
Terkini