Produksi Terganggu, Pelemahan Harga Tembaga Bakal Berlanjut

Bisnis.com,19 Feb 2015, 17:39 WIB
Penulis: Surya Rianto
Komoditas Tembaga/Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Pelemahan harga tembaga sedikit tertahan setelah produksi tembaga di Olympic Dam sedikit terganggu.

Kondisi itu menjadi momentum yang tepat bagi fundamental tembaga yang pasokannya kian melimpah saat ini.

Rajneet Kaur, analis Australia & New Zealand Banking Group Ltd., mengatakan setelah pasokan membanjir pada awal bulan, harga tembaga berpeluang kembali stabil karena adanya gangguan di tambang tembaga Olympic Dam.

“Selain itu, data perumahan AS yang rendah kurang kuat untuk menggoyahkan kekuatan harga tembaga. Pasalnya, di sisi lain negosiasi perpanjangan program bail  out Yunani  diperkirakan selesai dengan hasil positif,” ujarnya seperti dilansir Bloomberg pada Kamis (19/2/2015).

Tambang tembaga Olympic Dam, tempat daerah operasi tambang dari BHP Billiton sedang bermasalah hingga membuat 70.000 metrik ton tembaga terancam rusak.

Sebelumnya, sepanjang awal tahun ini harga tembaga tengah terpuruk karena pasokan yang kian melimpah.

Sampai awal bulan lalu saja tembaga di gudang London Metal Exchange (LME) menumpuk sebanyak 289.200 ton dan menjadi pasokan tertinggi sejak tiga belas tahun terakhir.

Pasokan tembaga yang menumpuk disebabkan oleh China, konsumen logam industri terbesar dunia malah terus mengenjot produksi. Jadi, permintaan tembaga Negeri Tirai Bambu itu terus menyusut.

Ibrahim, Direktur PT Equilibrium Berjangka, mengatakan aksi China itu dilakukan untuk mengantisipasi kondisi perlambatan ekonomi yang terjadi di negaranya.

“Jadi agar perekonomiannya tidak semakin goyah karena jumlah impor yang tinggi, Negeri Tirai bambu itu berusaha memenuhi kebutuhannya sendiri,” ujarnya kepada Bisnis.

Pada perdagangan hari ini sampai pukul 16:53 WIB, harga tembaga tiga bulan di LME turun 0,29% menjadi US$5.728 per metrik ton, sedangkan harga tembaga di New York Commodity Exchange (COMEX) turun 0,65% menjadi US$2,59 per pon atau US$5.180 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Bambang Supriyanto
Terkini