Bisnis.com, JAKARTA--Rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) PT Bank Tabungan Negara Tbk yang mencapai 4,01% pada akhir 2014, membuat manajemen direksi bergegas melakukan recovery aset guna menjaga kualitas kredit.
Direktur Tresury dan Asset Management BTN Iman Nugroho Soeko mengungkapkan perseroan telah melakukan berbagai upaya strategis. Misalnya, penerapan early warning system bagi kredit lancar, membentuk dua unit kerja yaitu consumer collection & Remedial Division (CCRD) dan asset management division (AMD) yang bertugas khusus menangani NPL.
"Kami juga melakukan restrukturisasi kredit terhadap kreditur-kreditur yang memenuhi syarat untuk direstrukturisasi," katanya dalam paparan kinerja 2014, di Menara BTN, Kamis (27/2/2014).
Selain itu, BTN juga melakukan lelang atau penjualan aset dengan menggandeng balai lelang serta menggelar pameran-pameran rumah bekas sekaligus membuka kesempatan untuk masyarakat kelas menengah bawah dalam memiliki rumah.
Melalui upaya tersebut, BTN berhasil membukukan recovery aset hingga Rp1,3 triliun.
Iman mengungkapkan dana recovery aset berasal dari Rp684,6 miliar pelunasan penjualan aset, restrukturisasi Rp559,4 miliar dan pengumpulan nilai pokok aset mencapai Rp80,9 miliar.
"Pengumpulan dan recovery juga memperhatikan tren pergeseran NPL hingga menjadwal ulang lelang," katanya.
Pada 2015, BTN menargetkan rasio kredit bermasalah bisa ditekan di angka 3%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel