Ini 5 Persoalan Industri Kelapa Sawit

Bisnis.com,27 Feb 2015, 20:41 WIB
Penulis: Surya Rianto
Tandan buah segar/Bisnis.com

Bisnis.com, DENPASAR – Kepengurusan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia yang baru terpilih hari ini pun harus menghadapi berbagai persoalan industri sawit.

Joko Supriyono, sebagai ketua yang baru terpilih harus mengadapi lima persoalan dalam industri sawit saat ini.

Persoalan pertama adalah terkait tata ruang di provinsi penghasil sawit yang masih bermasalah  karena tidak sinkronnya pemerintah pusat dan daerah.

Kedua, beberapa peraturan pemerintah yang kontra terhadap perkembangan industri sawit di Indonesia.

Beberapa peraturan itu seperti PP 71/2014 tentang eprlindungan dan pengelolaan ekosistem gambut. Peraturan itu membuat investasi sawit di gambut mengalami kerugian sekitar Rp136 triliun.

Lalu, peraturan UU 18/2014 tentang pencegahan dan pemberantasan perusakan hutan, UU mengatur tentang perusahaan dilarang membeli hasil perkeunan dari kebun liar yang diindikasi hasil perusakan hutan.

Asmar Arsjad, Sekjen Asosiasi Petani Kelapa Sawit Indonesia (Apkasindo), mengatakan peraturan itu tidak menjelaskan secara detail yang mana kebun rakyat dan hutan.

“Lalu, hasil kebun kami diambil oleh Badan Usaha Milik negara (BUMN), lalu mereka jual hasil kebun kami itu dan hasilnya diberikan ke dinas sosial. Bukan kepada  kami,” keluhnya di sela-sela Musyarah Nasional (Munas)  Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI).

Ketiga, terkait hambatan dalam perdagangan crude palm oil (CPO) di Eropa. Lalu, hal yang sama juga dilakukan oleh Amerika Serikat dengan alasana CPO tidak memenuhi standar Green House Gas (GHG).

Keempat, masih banyaknya kampanye negatif industri sawit di Indonesia yang datang dari luar negeri. Isu negatifnya berupa lingkungan, kesehatan, pemusnahan hewan langka, sampai isu hak asasi manusia (HAM).

Terakhir, terkait bea  keluar yang sempat diisukan harga batas bawah akan diturunkan dari level saat ini sebesar US$750 per ton karena harga CPO yang masih berada di level terendah.

Namun, Joelfy J. Bahroeny, mantan ketua GAPKI, mengatakan sampai akhir tahun ini akan tetap di level saat ini.

“Dengan harga rata-rata sawit saat ini di bawah US$750, produsen memang masih mendapatkan margin. Tapi, margin itu unpredictable, maka bila sekarang masih dapat untung belum tentu besok tetap di level saat ini,” ujarnya.

Harga rata-rata crude palm oil (CPO) saat ini berada di level US$700 per ton dengan biaya operasional saat ini sekitar US$400 per ton sampai US$500 per ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini