Indonesia Masuki Fase Krisis, Ini Respons Profesor Asal Paman Sam

Bisnis.com,28 Feb 2015, 15:48 WIB
Penulis: Novita Sari Simamora
Dolar AS/Bisnis

Bisnis.com, JAKARTA-Fase krisis ekonomi yang sulit dideteksi dibarengi dengan banyaknya aliran dana asing yang bisa keluar setiap saat menjadi sinyal kehati-hatian bagi Indonesia.

Director of Graduate Study Regional Science Johnson Graduate School of Management Cornell University Iwan Jaya Azis fase krisis ditandai oleh tiga hal. Kondisi pertama ditandai dengan modal asing masuk lewat bank.

Professor Iwan menuturkan kalau fase kedua adalah modal asing masuk ke pasar modal. Lalu yang terakhir yakni modal-modal asing yang masuk ke pasar finansial keluar.

"Dana masuk lalu keluar. Maka itu akan membuat [ekonomi] goyang," ucapnya.

Kepala Departemen Pengembangan Kebijakan Strategis Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Imansyah tak menampik bahwa pasar Indonesia masih membutuhkan dana asing dari luar negeri baik dalam foreign direct investmen (FDI) hingga utang luar negeri.

Imansyah mengungkapkan ketika ada dana asing yang masuk ke Indonesia, maka perekonomian di Tanah Air juga harus bersifat hati-hati dan waspada bila dana tersebut banyak masuk ke pasar finansial.

"Kalau dana asing ke pasar finansial, kita harus waspada sebab kondisi arus balik juga akan terjadi sangat cepat,  apalagi mengingat pasar keuangan Indonesia yang masih sangat dangkal,"  katanya.

Namun, akan menjadi peluang yang sangat bagus bila dana-dana asing tersebut masuk dan pembangunan infrastruktur yang ditransmisikan ke sektor ril. Menurutnya, bila dana asing masuk dengan tujuan investasi ke sektor ril maka hal itu menjadi kesempatan bagus bagi Indonesia.

Dia memamparkan dampak yang akan muncul jika dana asing dominan berada di pasar finansial seperti saham dan surat berharga negara (SBN). Pertama, ada kenaikan suku bunga The Fed, maka pasar investor akan lebih melirik pasar AS, sehingga saham-saham dan bonds yang diterbitkan oleh Indonesia ketika dilepas akan harga akan jatuh.

Kedua, bila terjadi pembalikan modal asing, maka Indonesia akan membutuhkan valuta asing (valas) dalam jumlah besar. Apalagi mengingat persediaan valas di Indonesia cukup terbatas, katanya, hal tersebut akan membuat rupiah akan semakin tertekan.

Gubernur Bank Indonesia Agus D.W. Martowardojo mengklaim bahwa Indonesia kini menjadi negara tujuan investasi oleh investor. Hal tersebut terbukti dari dana yang masuk mencapai Rp114 triliun sepanjang 2014.

Agus mengungkapkan memasuki minggu keempat Februari 2015, dana yang masuk ke pasar saham dan obligasi Indonesia sudah mencapai Rp53 triliun.

"Kalau dibandingkan dengan Februari 2014, dana yang masuk itu hanya Rp30 triliun. Jadi enggak mungkin dana masuk bila enggak percaya dengan Indonesia," belanya.

 

 
 
 
 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Bambang Supriyanto
Terkini