Rupiah Melemah, Impor Barang Konsumsi Naik pada Februari

Bisnis.com,16 Mar 2015, 11:49 WIB
Penulis: Demis Rizky Gosta
Impor barang konsumsi masih tumbuh pada Februari/ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA— Impor barang konsumsi masih tumbuh pada Februari meski dibayangi depresiasi rupiah. 

Pelemahan rupiah justru menekan impor bahan baku dan barang modal yang menunjang kinerja industri pengolahan Indonesia.

Data BPS yang diterbitkan hari ini (Senin, 16/3/2015) menunjukkan nilai impor barang konsumsi naik 4,60% dari US$786,3 juta pada Januari menjadi US$822,5 juta pada Februari.

Impor barang konsumsi mananjak pada Februari meski rupiah tertekan hingga 2,05% sepanjang bulan tersebut setelah merosot 2,29% sepanjang Januari.

Barang yang mengalami kenaikan impor adalah otomotif dan komponen yang naik 9,15% ke US$19,9 juta, bahan makanan biji-bijian (serelia) yang naik 13,24% ke US$31,5 juta, dan sisa industri makanan yang naik 8,36% ke US$18,4 juta.

Komoditas yang termasuk sebagai produk serelia adalah gandum yang merupakan bahan baku utama produksi tepung terigu, sedangkan produk sisa industri makanan mencakup bahan baku yang digunakan dalam produksi pakan ternak.

Depresiasi rupiah lebih berpengaruh ke impor bahan baku dan barang modal Indonesia pada Februari. Nilai impor mesin mekanik dan baja anjlok lebih dari US$100 juta pada Februari.

Penurunan impor juga terjadi pada alat listrik, produk plastik, bahan kimia, dan kapas.

Pada Februari, Indonesia membeli US$1,72 miliar barang migas atau lebih sedikit 18,70% dibandingkan Januari dan anjlok 50,26% dibandingkan Februari 2014.

Nilai impor bahan baku turun 8,86% dari Januari menjadi US$8,77 miliar pada Februari, sedangkan nilai impor barang modal turun 11,10% ke US$1,96 miliar pada Februari.

Adapun nilai impor migas semakin anjlok seiring pelemahan rupiah dan penurunan harga minyak dunia.

Pada Februari, Indonesia membeli US$1,72 miliar barang migas atau lebih sedikit 18,70% dibandingkan Januari dan anjlok 50,26% dibandingkan Februari 2014.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Gita Arwana Cakti
Terkini