EDUKASI DUIT: Memahami Hakekat Uang

Bisnis.com,18 Mar 2015, 10:51 WIB
Penulis: Goenardjoadi Goenawan
Goenardjoadi Goenawan. / Bisnis

Untuk memahami hakekat uang itu sama dengan memahami hakekat leadership. Caranya dengan mempelajari hal mendasar, sebagaimana dalam ilmu pengetahuan teknologi, kita mengenal ilmu filosofi atau ilmu dasar falsafah.

Ilmu ini seperti mempelajari elemen. Mirip mempelajari elemen molecular ketika membahas masalah stroke, karena Anda harus mempelajari biological molecular. Hal yang sama juga dilakukan ketika kita memahami hakekat uang.

Hakekat uang sejatinya adalah uang mencari uang. Mungkin ada yang menyamakan dengan gadis cantik yang cenderung ingin menjadi istri orang kaya. Ah tidak selalu sih, survei membuktikan hanya 2% gadis cantik yang ingin menjadi istri orang kaya.

Bagi orang kaya mencari uang itu seperti mencari jendral untuk dijadikan gubernur. Mudah. Yang sulit adalah bagaimana orang miskin bisa memulai langkah menjadi kaya. Tidak ada ilmunya, What's the thing they don't teach in MBA.

Kaca mata orang awam menyebut orang butuh uang. Asumsi tersebut benar. Jika seseorang sudah punya Rp 100 milyar dan di sekeliling ada banyak orang yang butuh uang, kecenderunganya orang itu akan diporoti. Lagi-lagi karena orang butuh uang.

Pertanyaannya adalah kalau orang-orang di sekeling si kaya butuh uang, lalu si orang kaya tadi butuh apa? Dia tentu sudah punya pohon uang. Nah, di sinilah kuncinya, mengapa orang miskin tidak bisa menjadi kaya. Mereka tidak mengerti kebutuhan orang kaya. Padahal ketika orang miskin memahani kebutuhan orang kaya, maka akan terjadi pertukaran.

Analoginya mirip bila Anda bertemu agamawan, sebagai pertukaran Anda mendapatkan ilmu. Ketika Anda bertemu orang baik Anda mendapatkan kebaikan. Jadi, bila Anda bertemu orang kaya, Anda mendapatkan uang, tentu saja bila Anda tahu, harus dengan apa untuk menukar uang milik orang kaya itu.

Uang pada Hakekatnya adalah Pertukaran
Sejak Adam Smith uang itu sudah didefinisikan sebagai alat pertukaran. Tukang roti ingin mencukur rambutnya, ia harus pergi ke tukang cukur, karena cara ini akan lebih efisien ketimbang belajar dahulu mencukur dan kemudian mencukur sendiri. Untuk mendapat jasa dari tukang cukur, tukang roti menukarnya dengan uang. Inilah basic uang.

Namun, tentu kebutuhan tukang cukur tidak sekadar uang yang ditukarkan dengan jasanya. Ada profit dari proses menukar uang tersebut. Jadi uang juga didefinisikan sebagai  cara melayani kebutuhan orang lain dan menghasilkan profit.

Ketika orang membutuhkan informasi atau berita, maka ada wartawan. Wartawan dalam hal ini, bisa mengidentifikasi kebutuhan orang terhadap informasi. Contoh lainnya, setiap hari ada orang yang membutuhkan lunch box. Anda bisa melihat saat ini, gara-gara minimarket menjamur di mana-mana, orang ingin lebih dilayani dengan lunch box.

Di Tokyo atau Seoul ada yang disebut bento. Kebutuhan terhadap bento ini sangat besar. Namun, konsumen tidak ada pilihan karena hanya atu atau dua brand besar yang bisa melayani besarnya kebutuhan terhadap bento. Oleh karena itu, investasi gerai seperti Haesanmul Gansig® menjadi peluang besar, karena investasi ini melayani kebutuhan tersebut, terutama anak anak sekolah yang membutuhkan lunch box seharga di bawah Rp 15.000.   

Kembali ke definisi butuh. Butuh terbentuk oleh adanya hubungan dua pihak. Dengan demikian, kita juga harus memikirkan orang lain.Sselama Anda memikirkan diri sendiri, Anda tidak bisa memahami kebutuhan orang lain, artinya Anda tidak bisa menemukan uang.

Dengan demikian, untuk bisa menemukan uang anda harus memikirkan orang lain, sebab, uang adalah hasil identifikasi kita terhadap kebutuhan orang lain. Itu adalah prinsip utama.

Dalam lingkup yang lebih luas, memahami uang seperti kita memahami hidup. Selama ini kita memaknai hidup adalah untuk memberi kebaikan kepada orang lain dengan ikhlas. Basis dari semua tetap orang lain. Namun, kenyataannya banyak orang blunder dan merasakan tidak punya uang sebagai beban hidup. Mereka melupakan prinsip, bahwa uang itu bisa ditemukan melalui orang lain. Untuk itu, kita harus mengenali orang lain tersebut.

Ada satu cerita, seorang asisten baru yang ditugaskan pergi ke Pulogadung Jakarta Timur, lalu menolak. "Maaf Pak saya gak ada yang kenal di sana."
“Ah itu mudah, kamu naik bus kota, salami satu per satu, lalu berkenalan, saya Susi, nah kamu punya banyak kenalan setelah itu,” kata saya sembari tersenyum.

Lain waktu, ada bos perusahaan ekspor yang mengatakan "Saya tidak suka exhibition di Dubai, karena di sana tidak ada yang saya kenal."

Tipe orang-orang seperti ini tidak bisa melihat bahwa sesungguhnya Uang itu adalah crowd. Coba Anda perhatikan, di mana ada kerumunan di situlah ada kebutuhan. Anak anak sekolah kini kerap menggelar field trip atau atau kunjungan wisata. Mereka butuh lunch box.

Ketika pekerja mendapat kenaikan UMR tahun 2012, sejak itulah timbul ‘hari kemerdekaan food’. Sejak itu, fast food meledak. Sosis suhu kamar yang tidak perlu disimpan di freezer pun, turut meledak. Semua ini terjadi, karena menyangkut 240 juta mulut yang lapar. Oleh karena itu, buat saya layaklah Hari Pangan Indonesia dirayakan sejak kenaikan UMR tahun 2012.

Kembali ke soal uang sebagai pertukaran. Kalau Anda bekerja selama 10 tahun dan tidak menemukan pertukaran dengan investor, maka Anda belum beruntung. Bila Anda menginginkan pertukaran dengan investor, langkah pertamanya, Anda harus lebih dahulu memahami prinsip uang.

Prinsip Uang
Uang mengalir dari atas. Dari para peri yang dinamakan investor. Uang timbul karena ada pertukaran tukang investor dengan tukang katering bernama KFC, Mc Donald, Hokben atau Haesanmul Gansig. Dari pertukaran tukang mebel atau tukang cukur, bernama Rudy Hadi Suwarno.

Pertukaran antara investor dengan Anda membutuhkan suatu penemuan. Soal penemuan ini, sebenarnya ada banyak di Indonesia. Ada penemuan kebab, penemuan Korean Bento, atau penemuan Haesanmul Gansig  seperti yang dilakukan oleh Haesanmul Gansig®.

Penulis
Goenardjoadi Goenawan
Menulis 10 buku buku manajemen
Trainer dan konsultan mengenai membuka paradigma baru tentang uang

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Setyardi Widodo
Terkini