BANK INDONESIA: Perang Kurs Tak Pengaruhi Fundamental Ekonomi

Bisnis.com,19 Mar 2015, 15:40 WIB
Penulis: Newswire
Dolar AS.

Bisnis.com, SURABAYA - Bank Indonesia (BI) Kantor Perwakilan Jawa Timur optimistis perang kurs yang mengakibatkan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar AS tak mempengaruhi kondisi fundamental ekonomi secara nasional.

"Salah satu penyebabnya, pada saat ini dari sisi fundamental ekonomi saja justru Indonesia mencatatkan performa lebih bagus dibandingkan beberapa negara di Benua Eropa maupun lainnya," kata Kepala Perwakilan BI Wilayah Jatim, Benny Siswanto di Surabaya, Kamis (19/3/2015).

Hal tersebut, ungkap dia, ikut didukung oleh kinerja neraca pembayaran Indonesia dan keyakinan BI bahwa penguatan dolar AS terhadap rupiah tidak mempengaruhi target pencapaian inflasi. Selain itu, juga tidak akan mengganggu stabilitas keuangan di Tanah Air.

"Berdasarkan latar belakang itu, per Selasa (17/3) sesuai Rapat Dewan Gubernur BI di Jakarta memutuskan BI Rate tetap di posisi 7,5%. Lalu, tingkat lending facility tetap 8,5% dan Deposit Facility juga tetap 5,5%," ujarnya.

Di sisi lain, penetapan BI Rate juga dipengaruhi pertimbangan keyakinan pemerintah terhadap tingkat inflasi tetap terjaga. Untuk 2015 diharapkan bisa berada di posisi empat plus minus satu persen dan pada nilai yang sama pada 2016.

"Berikutnya dari sisi Defisit Transaksi Berjalan menunjukkan kinerja yang baik di posisi sehat atau 2,5%-3%. Besaran itu ditargetkan juga tetap pada tahun ini," paparnya.

Mengenai upaya BI menjaga kestabilan ekonomi makro, tambah dia, bank sentral itu berupaya menerapkan sejumlah paket kebijakan. Seperti dengan memperbaiki neraca jasa dan selalu menjaga performa neraca perdagangan.

"Per Februari 2015, neraca perdagangan Indonesia surplus US$170 juta dari sektor migas dan US$57 juta dari nonmigas," tuturnya.

Secara umum, sebut dia, untuk aspek global sedang tidak ada kepastian terutama di Eropa yang kini masih memperbaiki diri. Sementara, sekarang di Jepang juga sedang melakukan perbaikan kebijakan dengan memberikan stimulus tersendiri, sedangkan China justru lagi turun kondisi ekonominya.

"Namun, kondisi berbeda terlihat di India dengan kestabilan perekonomiannya." Meski begitu, lanjut dia, Amerika Serikat yang kini masih berbenah juga perlu diperhatikan karena perkembangan kondisi ekonomi di negara tersebut sering menjadi patokan beberapa negara.

Kalau dari aspek ekonomi domestik pada tahun 2015 diharapkan bisa lebih baik dibandingkan kondisi 2014. Seperti terlihat dari pengaruh volatile foods yang memicu inflasi tinggi pada bulan Januari 2015 dan Februari lalu justru terjadi deflasi. []


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini