EKONOMI YOGYAKARTA: PDRB Pertanian Gunung Kidul Naik Rp1 Triliun

Bisnis.com,22 Mar 2015, 19:00 WIB
Penulis: Newswire
Sejauh ini, sektor pertanian masih mendominasi di Gunung Kidul. /Bisnis

Bisnis.com, GUNUNG KIDUL - Pendapatan domestik regional bruto dari sektor pertanian Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, meningkat sekitar Rp1 triliun, kata bupati Badingah.

Bupati Gunung Kidul Badingah mengatakan pada 2012 sektor pertanian menyumbang pendapatan domestik regional bruto (PDRB) sebesar Rp7,96 triliun, kemudian pada 2013 meningkat menjadi Rp8,9 triliun.

"Dari PDRB yang masuk, pendapatan terbesar dari sektor pertanian yang mencapai 33%," kata Badingah, Ahad (22/3/2015).

Menurut politisi perempuan Partai Amanat Nasional (PAN) ini, peningkatan sangat penting guna memberikan kesejahteraan masyarakat. Sejauh ini, sektor pertanian masih mendominasi di Gunung Kidul.

Namun demikian, pihaknya terus mendorong sektor lain agar meningkat kontribusinya bagi PDRB. Sektor lain yang diharapkan berkembang yakni pariwisata, perdagangan, industri, investasi, serta perikanan dan kelautan.

Badingah mengatakan dampak langsung peningkatan PDRB adalah menurunnya angka kemiskinan di Gunung Kidul. Sedangkan persentase penduduk miskin berada di kisaran 24,44%, menurun menjadi 21,7%. "Angka kemiskinan pada awalnya masih sekitar 24%, sekarang turun menjadi 21,7%," katanya.

Sementara itu, Kepala Badan Pusat Statistik Gunung Kidul Agus Handriyanto mengatakan sektor pertanian sebagai penyumbang PDRB terbesar, sebenarnya belum maksimal.

Menurut dia, sektor pertanian selama ini masih mementingkan ketahanan pangan, sehingga hasil pertanian tidak dijual, tetapi disimpan. "Pemikiran ketahanan pangan harus diubah, agar berdampak pada daya beli masyarakat," katanya.

Ia mengatakan penyimpanan hasil panen sebenarnya mengurangi pendapatan. Hasil panen akan menurun. Oleh sebab itu, pihaknya berharap Pemerintah Gunung Kidul ikut mengubah pola pikir masyarakat setempat.

"Masyarakat tidak perlu khawatir akan adanya ancaman krisis pangan seperti pada era 60-an. Kebutuhan pangan bisa dihitung secara matematis," kata dia. []

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini