Kabar24.com, JAKARTA - Presiden Singapura Tony Tan Keng Yam menyampaikan surat ungkapan duka cita nan agung kepada Perdana Menteri Lee Hsien Loong berisi kidung dan pepujian untuk almarhum bapak pendiri Singapura, Lee Kuan Yew, yang adalah ayahanda sang PM Singapura, yang meninggal dunia Senin dini hari tadi.
Dalam suratnya itu, seperti dilaporkan laman salah satu media terbesar dan terkemuka Singapura, Straits Times, Tony menyampaikan pesan, "Atas nama rakyat Singapura, saya ingin menyampaikan belasungkawa sangat mendalam saya kepada Anda dan keluarga Anda atas mangkatnya ayahanda tersayang Anda, Bapak Lee Kuan Yew."
Tony melanjutkan, "Bapak Lee telah mendedikasikan seluruh hidupnya untuk Singapura semenjak posisi pertamanya sebagai penasehat hukum pada serikat buruh pada 1950-an setelah kelulusannya dari Universitas Cambridge sampai perannya yang tak terbantahkan sebagai arsitek Republik modern kita. Sedikit yang telah menunjukkan pengorbangan begitu lengkap bagi kebaikan yang melampaui dirinya sendiri."
"Bapak Lee terpilih masuk Majelis Legislatif Inggris pada 1955 dan menjadi Perdana Menteri pertama Singapura setelah mengetuai (partai) PAP sampai menang pada pemilihan umum 1959 ketika Singapura mendapatkan pemerintahan berdaulat penuh.
"Pada masa itu, Singapura menghadapi masalah pengangguran yang tinggi, kekurangan infrastruktur dan lingkungan luar negeri yang bermusuhan. Demi menjamin akses Singapura pada bumi, air dan sumber daya alam, Bapak Lee memimpin Singapura bergabung dengan Federasi Malaysia sebelum mendeklarasikan kemerdekaan dari Inggris pada 1963.
"Namun ternyata, masalah-masalah semakin berat manakala Singapura kehilangan jantung ekonominya setelah pemisahan terpaksa kita dari Malaysia pada 1965. Banyak yang meragukan Singapura bisa selamat sebagai sebuah bangsa namun Bapak Lee menggerakkan rakyat kita bersama-sama dan memimpin kolega-kolega kabinetnya menuju pembangunan yang berhasil angkatan bersenjata kita, membangun infrastruktur kita dan mentransformasi Singapura menjadi sebuah metropolis dunia."
"Bahkan ketika pembangunan perkotaan Singapura masih berada pada fase-fase awal, Bapak Lee sudah memiliki visi membangun Singapore sebagai Kota Taman nan hidup. Bapak Lee telah memprakarsai proyek ambisius untuk membersihkan Sungapu Singapura dan Sungai Kallang yang saat itu disesaki oleh sampah, kotoran dan limbah industri. Sungai Singapura kini membentuk bagian dari Teluk Marina, yang tidak hanya menjadi sumber tak ternilai bagi air bersih bagi negara kita kita, namun juga sebagai tempat yang dinikmati oleh orang Singapura dan para turis dari seluruh dunia.
"Bapak Lee juga mendirikan Dewan Pembangunan Perumahan untuk mengembangkan kawasan hunian publik guna memberi setiap warga negara haknya dalam bangsa ini. Hari ini, karena pandangan jauh ke depan Bapak Lee, Singapura dipuji sebagai model pembangunan berkelanjutan dan pembangunan inklusif bagi pengembangan kota-kota di seluruh dunia.
"Bapak Lee telah memberi sumbangan abadi dalam membangun Singapura yang meritokratis dan multikultural. Sebagao Perdana Menteri Singapura, Bapak Lee meletakkan takaran-takaran dalam menjamin bahwa tempat-tempat universitas, kontrak-kontrak pemerintah, dan penunjukkan jabatan publik mesti diisi berdasarkan merit, ketimbang berdasarkan ras dan agama.
"Bapak Lee juga menyatakan Bahasa Inggris sebagai bahasa resmi bersama dan bahasa pengantar utama dalam proses belajar mengajar di sekolah-sekolah kita sehinggga semua rakyat Singapura punya peluang yang sama untuk belajar, berkomunikasi dan bekerja dengan tidak memandang ras.
"Setiap kelompok etnis didorong untuk mempelajari bahasa ibunya sebagai bahasa kedua demi menjamin identitas budaya dan komunitas kelompok etnis itu. Berkat kebijakan-kebijakan ini, rakyat Singapura kini bisa berkiprah pada sistem bilingual dan bikultural kita sehingga mengambil keuntungan dari kesempatan-kesempatan yang dipersembahkan ke seluruh dunia."
"Seorang pemimpin yang menempatkan bakti di atas kepentingan dirinya sendiri, Bapak Lee mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri pada 1990 untuk memberi jalan kepada penyegaran kepemimpinan yang lembut setelah dia membentuk tim muda pada Menteri-menteri Kabinet.
"Namun demikian, dia terus melanjutkan baktinya dan memajukan kepentingan Singapura di dalam dan luar negeri sebagai Menteri Senior Singapura dari 1990 sampai 2004 dan kemudian Menteri Menteri dari 2004 sampai 2011. Dia sudah membaktikan diri selama 50 tahun di kabinet dan menjadi Perdana Menteri paling lama menjabat di dunia ketika mundur pada 1990.
"Melalui Bapak Lee, Singapura mendapat pengakuan internasional dan membangun hubungan yang kooperatif dengan negara-negara besar yang tertarik ke kawasan kita. Bapak Lee adalag seorang yang pertama membaca potensi reformasi Tiongkok di bawah kepemimpinan Deng Xiaoping.
"Keintelekan yang brilian dari Bapak Lee serta keterusterangannya dalam berpendapat membuat banyak pemimpin internasional dan diplomat asing untuk meminjam pandangannya terhadap pembangunan di kawasan dan di seluruh dunia. Dianggap luas sebagai negarawan senior, Bapak Lee dianugerahi banyak penghargaan internasional sepanjang karir politiknya.
"Banyak aspek dari kehidupan kita lahir dari jejak Bapak Lee -entah itu hunian-hunian HDB (Dewan Perumahan dan Pembangunan) kita, taman-taman kita, atau SAF (Angkatan Udara Singapura). Tanpa pandangan jauh ke depan beliau yang luar biasa dan upaya tanpa lelah membangun Singapura, maka Singapura yang kita kenal sekarang tidak akan ada.
"Singapura adalah gairah hidupnya dan dia terus berbakti kepada Singapura sampai hari-hari terakhir dalam hidupnya. Warga Singapura berutang terima kasih nan abdi kepada Bapak Lee Kuan Yew. Penghargaan terbesar yang dapat diberikan warga Singapura adalah mengkhazanahi dan membangun di atas warisan yang ditinggalkan Bapak Lee dan timnya untuk kita, dan membuat Singapura menjadi rumah yang jauh lebih baik untuk generasi mendatang kita."
"Hati kami semua bersama Anda dalam masa sedih ini."
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel