Harga Logam Industri Berpotensi Terus Anjlok

Bisnis.com,24 Mar 2015, 19:15 WIB
Penulis: Surya Rianto

Bisnis.com, JAKARTA – Harga komoditas logam industri berpotensi semakin tertekan setelah rilis data manufaktur China untuk Maret versi HSBC Holdings Plc. dan Markit Economics hasilnya negatif.

Data ekonomi China itu mengarahkan harga logam industri akan terus terpuruk dalam jangka panjang.

Ibrahim, Direktur PT Equilibrium Komoditi Berjangka, mengatakan kalau data manufaktur China Maret positif seharusnya harga komoditas logam industri bisa sedikit menguat untuk jangka pendek.

Sayangnya, data versi HSBC dan Markit Economics menunjukkan manufaktur China masih melambat.

“Harga komoditas logam industri masih akan jatuh jangka panjang. Tetapi, kejatuhan harga komoditas industri masih akan tarik menarik dengan sentimen dolar AS yang masih agak terkoreksi pasca Federal Open Market Committee (FOMC),” ujarnya kepada Bisnis pada Selasa (24/3).

Data manufaktur China versi HSBC dan Markit Economics untuk Maret berada di angka 49,2 atau level terendah sejak April 2014. Hasil itu berada jauh di bawah proyeksi sebelumnya yang diprediksi berada di level 50,5.

Pasca keluarnya data China itu, Morgan Stanley langsung memangkas proyeksi harga tembaga sampai akhir tahun ini sebesar 15,66% menjadi US$5.945.

Lalu, proyeksi harga nikel akhir tahun ini juga dipangkas 23% menjadi US$14.815.

Selain itu, Morgan Stanley juga memangkas proyeksi harga tembaga pada tahun depan sebesar 14% menjadi US$6.283, sedangkan proyeksi harga nikel tahun depan dipangkas 19% menjadi US$16.094.

Pada perdagangan hari ini sampai pukul 17:42 WIB, harga nikel tiga bulan di London Metal Exchange (LME) jatuh 2,2% menjadi US$13.985 per metrik ton, sedangkan harga timah tiga bulan anjlok 2,4% menjadi US$17.227 per metrik ton.

Adapun, harga tembaga tiga bulan naik 0,2% menjadi US$6.132 per metrik ton, sedangkan tembaga berjangka di New York Commodity Exchange (COMEX) menguat 0,32% menjadi US$2,79 per pon atau US$6.138 per metrik ton.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini