Investasi Asuransi Jiwa: Penempatan di Reksa Dana Bakal Meroket

Bisnis.com,01 Apr 2015, 19:15 WIB
Penulis: Amanda Kusumawardhani
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA—Porsi investasi industri asuransi jiwa di reksa dana berpeluang meningkat signifikan seiring terus menanjaknya kontribusi unit link beberapa tahun terakhir.

Pasalnya, berdasarkan data Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI), premi produk unit link berkontribusi sebesar 55,8%, sedangkan produk tradisional hanya menyumbang 44,2% sepanjang Januari-Desember 2014.

Pertumbuhan premi unit link juga lebih tinggi dari premi produk yang hanya mengandalkan proteksi. Sampai Desember tahun lalu, premi dari produk unit link tumbuh 9%, sedangkan produk tradisional hanya tumbuh 4,1%.

“Kebanyakan investasi yang ditempatkan di reksa dana berasal dari produk asuransi jiwa berbasis investasi [unit link],” kata Kepala Departemen Pajak, Keuangan dan Investasi AAJI Simon Imanto di Jakarta, seperti dikutip Bisnis.com Rabu (1/4/2015).

Per 2014, reksa dana masih menempati porsi dominan investasi asuransi jiwa yang mencapai 30,4%, atau naik dari sebelumnya 29,2% pada 2013. Selanjutnya, porsi saham sebesar 27,5%.

Sementara itu, Parto Karwito, Direktur Utama Infovesta Utama mengungkapkan sejumlah perusahaan asuransi jiwa sebelumnya menganut aliran investasi yang konservatif sehingga sebagian besar penempatan dana investasi didominasi oleh obligasi dan saham.

“Sekarang, kan sudah tidak lagi karena mereka harus menyebar risiko dengan menempatkan investasi di beragam produk. Tidak ada yang bisa memprediksi keadaan pasar, kalau semua dana ditempatkan di instrumen yang sama, tidak akan ada back up,” tekan Parto.

Menurutnya, tahun ini, instrumen reksa dana berpotensi menguat jika melihat imbal hasil yang positif dan porsi unit link yang terus menanjak. Apalagi, prosedur berinvestasi di reksa dana relatif lebih mudah dipahami oleh industri asuransi jiwa.

Kendati demikian, kinerja reksa dana pada tahun ini diprediksi bakal sedikit terkoreksi akibat kondisi ekonomi makro Indonesia yang belum stabil dan ekonomi dunia yang masih menanti kenaikan suku bunga The Federal Reserve. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Saeno
Terkini