Eksotisme Cilacap dan Pulau Nusakambangan

Bisnis.com,03 Apr 2015, 05:30 WIB
Penulis: Yustinus Andri DP
Laut Cilacap. /Bisnis.com

Bisnis.com, CILACAP - Eksotisme iapa yang tak kenal Nusakambangan, sebuah pulau di Cilacap, Jawa Tengah, yang kerap dijadikan lokasi eksekusi terpidana mati? Beberapa waktu lalu, pulau ini kembali menarik perhatian sehubungan dengan peristiwa eksekusi mati terpidana kasus narkoba.

Berbagai pemberitaan yang beredar memunculkan sensasi di dalam benak saat saya hendak berkunjung ke tempat itu pada bulan lalu. Terbayang suasana kota yang sepi karena aktivitas sterilisasi oleh aparat keamanan.

Kenyataannya ternyata berbeda. Aktivitas masyarakat tampak berjalan seperti biasa.  Mereka seakan tak peduli dengan isu eksekusi mati di wilayahnya. Bayangan sebuah lokasi yang mencekam pun langsung hilang. Pengamanan ekstra ketat hanya terjadi di sekitar Pelabuhan Wijayakusuma Nusakambangan. Di tempat lain, pengamanan khusus nyaris tidak terlihat.

Hari pertama di Cilacap, kami memutuskan berwisata agro ke sebuah desa ber  nama Kutawaru. Untuk menuju desa itu, kami harus melalui Kali Panas yang beru-jung di Segara Anakan. Nama Kali Panas diambil dari suhu air sungai yang hampir selalu panas karena aliran pembuangan pendingin mesin pabrik perusahaan-perusahaan energi di CiIacap. Bukan hanya satu, melainkan banyak pabrik.

Selama menyusuri Kali Panas menggunakan kapal motor, kami disuguhi hamparan hutan bakau yang cukup lebat di sisi kiri dan kanan sungai. Di balik hutan bakau nampak menjulang pabrik Recidual Fluid Catalytic Cracker (RFCC) Pertamina. Menurut warga sekitar, lokasi ini menjadi tempat favorit wisatawan berfoto karena memiliki latar pemandangan cukup unik.

Tak lama, kami tiba di Desa Kutawaru. Di desa ini, kami dimanjakan oleh berbagai pilihan wisata agro. Ada pemancingan, budidaya hutan mangrove, peternakan kambing etawa, hingga budidaya kepiting soka cangkang lunak. Wisata budidaya kepiting soka cangkang lunak menjadi pilihan pertama kami.

Budidaya jenis ini tergolong sulit ditemukan di tempat lain. Di Cilacap, kelompok usaha Rekatha Mustika Patra Desa Kutawaru menjadi satu-satunya yang mampu mengembangkan kepiting jenis ini.

Di situ, wisatawan boleh melihat-lihat atau ikut turun langsung memanen kepiting dari. Jika beruntung, pengunjung dapat melihat proses saat kepiting berganti cangkang. Kepiting dengan cangkang muda yang lunak dapat langsung dipanen.

Usai mengunjungi wisata agro, kami beranjak ke destinasi wisata sejarah yang berada sisi selatan Kota Cilacap, Benteng Pendem. Dalam bahasa Belanda, benteng itu disebut  Kusbatterij Op De lantong Te Tjilatjap.

Benteng ini terletak sekitar 500  meter dari Pantai Teluk Penyu. Benteng yang dibangun secara bertahap pada 1861-1879 ini merupakan bekas markas pertahanan tentara Belanda di Pantai Selatan Pulau Jawa. Pada zaman pendudukan tentara Jepang, Pendem dijadikan markas tentara Negeri Matahari Terbit. Setelah Jepang kalah perang melawan sekutu, Pendem kembali ke tangan tentara Belanda.

Sebagaimana warna Kerajaan Belanda, benteng ini pun berwarna oranye. Warna itu tetap dipertahankan hingga kini.

Benteng ini memiliki berbagai bangunan yang berfungsi sebagai barak prajurit, klinik, penjara, ruang Jenderal Belanda, serta ruang amunisi. Konon, di benteng ini juga terdapat terowongan yang tembus hingga ke laut lepas di sisi selatan Pulau Jawa. Pada masanya, terowongan ini merupakan sarana prajurit melarikan diri.

Usai berkeliling Benteng Pendem, tak lengkap jika tak mengunjungi Pantai Teluk Penyu tepat di hadapan benteng. Pantai yang berhadapan langsung dengan Selat Segara Anakan ini merupakan lokasi favorit masyarakat lokal untuk menyaksikan matahari terbenam.

Tak jauh dari lokasi, terdapat sentra perdagangan ikan asin dan kerajinan mutiara yang masih berada di dalam komplek Pantai Teluk Penyu. Di sentra perdagangan ini, pengunjung bisa mendapatkan berbagai jenis mutiara, baik yang berasal dari kerang air tawar dan kerang air laut.

Esoknya, kami melanjutkan trip  ke dua lokasi wisata agro, yakni Desa Karangkan-dri dan Desa Tegalkamulyan di bagian selatan. Karangkandri terkenal sebagai desa  pengembang padi bawor, jenis padi varietas baru persilangan Cisadane dan Atomita-2. Salah satu pengembangnyaadalah Kelompok Tani Guyub Rukun Patra.

Kami pun ditawari mencicipi varietas beras yang belum banyak dikembangkan oleh daerah lain ini. Rasanya?  Hmm…, pulen! Desa Tegalkamulyan memiliki satu
tempat budi daya jamur merang yang dikembangkan oleh kelompok usaha setempat bernama Patra Asri. Kelompok ini menyediakan berbagai olahan jamur seperti sate, bakso, hingga es krim berbahan dasar jamur. Tak afdol rasanya apabila ke Cilacap tanpa mampir ke Nusakambangan. Maka, sebagai pamungkas, kami pun berkunjung ke pulau yang disebut-sebut sebagai Alcatraz-nya Indonesia.

Dengan berkendara kapal nelayan selama 10 menit dari Pantai Teluk Penyu, kami menyeberangi Selat Segara Anakan menuju Dermaga Nusakambangan Timur yang menjadi pintu masuk pulau. Sebelum berkeliling, kami harus menembus hutan lebat dengan jalanan setapak dan medan yang naik turun. Jika  Anda tidak kuat menjalani rute cukup ekstrem ini, ada alat transportasi bernama odong-odong  yang disediakan warga setempat. Angkutan ini merupakan modifikasi pick-up berhiasan unik dengan kapasitas penumpang hingga 20 orang. 

Di Pulau Nusakambangan Anda akan menemukan beberapa Lembaga Pemasyarakatan (LP) Kelas I yang masih aktif, antara lain LP Permisan, LP Kembang Kuning, LP Batu, dan LP Besi. Beberapa LP dapat menerima kunjungan setiap hari. Namun, beberapa lainnya tidak. Misalnya LP Permisan dan LP Batu.

Berhubung saat itu sedang ramai isu ekse-kusi mati, kami pun meminta nahkoda kapal menunjukkan Lembah Nirbaya, lokasi eksekusi. Beruntung kala itu cuaca sedang cerah sehingga kami bisa menyaksikan lembah yang selama ini menjadi lokasi langganan eksekusi terdakwa hukuman mati.

Untuk menuju lokasi eksekusi mati, kami harus bersandar di Dermaga Wijayapura. Hanya saja, sang nakhoda enggan melakukannya. “Kita tidak boleh bersandar. Cuma boleh lewat,” tuturnya.

Kami pun terpaksa manut dan kembali ke Dermaga Nusakambangan Timur. Sebelum pulang, kami menyempatkan diri melihat-lihat batu  bacan  bernama Batu Hanoman, hasil polesan para narapidana LP Permisan. Batu berwarna putih susu dengan corak titik-titik coklat ini hanya bisa ditemukan di Pulau Nusakambangan, di kedalaman 200 meter di bawah laut.

Selain tempat wisata ‘seram’, Pulau Nusakambangan juga menawarkan sejumlah pantai cantik. Saya sarankan Anda bertandang ke Pantai Karang Pandan dan Pantai Pasir Putih berpanorama indah. Melihat lengkapnya destinasi di kota ini, saya tak akan berpikir dua kali untuk mengiyakan ajakan menjelajah kembali kota iniCilacap dan Pulau Nusakambangan

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini