BI: Uang Palsu di Bali Meningkat 30% Kuartal I/2015

Bisnis.com,07 Apr 2015, 10:02 WIB
Penulis: Feri Kristianto
Uang palsu di Bali naik 30%/Ilustrasi

Bisnis.com, DENPASAR--Kantor Perwakilan Bank Indonesia Bali mencatat jumlah temuan uang palsu pada triwulan I/2015 mencapai 1.447 lembar, meningkat 30% dibandingkan dengan periode sama tahun lalu 1.115 lembar.

‎Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Bali Dewi Setyowati mengungkapkan  uang palsu (upal) tersebut berdasarkan laporan masyarakat dan perbankan ke bank sentral. Adapun lokasi temuan terbanyak di Kota Denpasar sebesar 1.1190 lembar (81%), Badung 111 lembar (8%), Tabanan 86 lembar (6%), Buleleng 50 lembar ( 3%), dan Jembrana 31 lembar (2%).

Menurutnya, peningkatan jumlah temuan uang palsu menandakan bahwa masyarakat semakin memahami ciri-ciri keaslian Uang Rupiah. Namun, diakuiny masih ada masyarakat yang enggan melaporkan adanya uang palsu ke BI ataupun pihak berwajib.

"Demi kebaikan dan kepentingan bersama, BI menghimbau agar masyarakat yang menemukan uang palsu agar dapat melaporkan ke kantor BI, bank atau kantor polisi terdekat," jelasnya, Selasa (7/4/2015).

Masyarakat diharapkan apabila mencurigai uang yang diterimanya palsu, dapat melaporkannya kepada BI agar bisa dianalisis keasliannya. ‎ Sesuai prosedur, uang palsu yang disampaikan ke BI atau bank tidak akan mendapat penggantian atau ditukarkan dengan uang asli.

Untuk memikat masyarakat, bank sentral juga menyediakan souvenir atau bingkisan menarik bagi masyarakat yang mau melaporkan uang palsu. Selain itu, ‎agar pemahaman masyarakat semakin meningkat terhadap Ciri-Ciri Keaslian Uang Rupiah (CIKUR), BI juga melakukan edukasi dan sosialisasi  kepada kasir dan staf keuangan yang tergabung dalam Tiara Grup pada pertengahan bulan lalu.

Kasir sebagai ujung tombak dalam menerima transaksi pembayaran mempunyai peran signifikan dalam menyaring transaksi yang menggunakan uang kartal. Kepekaan kasir lebih diasah lagi melalui pembekalan CIKUR oleh BI.

Selain kegiatan tersebut, sosialisasi CIKUR juga selalu diberikan kepada masyarakat pada kegiatan Kas Keliling di berbagai lokasi tiap harinya. CIKUR dapat dikenali dari unsur pengaman yang tertanam pada bahan uang dan teknik cetak yang digunakan atau yang paling sederhana adalah melalui teknik 3D (Dilihat, Diraba Diterawang).

Dewi menyarankan agar masyarakat terhindar dari uang palsu, pihaknya mendorong masyarakat untuk lebih banyak menggunakan alat pembayaran non tunai seperti kartu debit, kartu kredit (APMK-Alat Pembayaran Menggunakan Kartu) dan uang elektronik (e-money). Hal tersebut diklaim akan lebih mendorong terciptanya masyarakat yang lebih efisien dalam bertansaksi keuangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Gita Arwana Cakti
Terkini