Bencana Longsor 2015 Telan 46 Korban Jiwa

Bisnis.com,26 Apr 2015, 01:09 WIB
Penulis: Puput Ady Sukarno
Ilustrasi

Kabar24.com, JAKARTA - Bencana alam tanah longsor sepanjang 2015 alias Januari hingga Sabtu (25/4), telah menelan korban jiwa yaitu 46 orang meninggal.

Kepala Pusat Data Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo Nugroho mengatakan dari korban jiwa sebanyak itu, terdapat 40,9 juta jiwa penduduk yang terpapar tanah longsor dalam skala sedang hingga tinggi yang tersebar di 274 kabupaten/kota.

"Jiwa mereka terancam langsung dari longsor. Bahkan tanah longsor adalah jenis bencana yang paling mematikan selama 2014," tuturnya seperti siaran pers yang diterima Bisnis, Sabtu (25/4/2015).

Melihat hal itu, lanjutnya perlu mitigasi bencana longsor yang komprehensif, baik struktural maupun non struktural yang dilakukan sebelum, saat, dan sesudah bencana.
 
Menurutnya salah satu upaya mitigasi longsor adalah dengan memasang sistem peringatan dini (EWS, early warning system), seperti contoh EWS UGM di Karanganyar yang mana EWS ini mampu menyelamatkan masyarakat.

Katanya, saat ini EWS yang terpasang di daerah rawan longsor di Indonesia masih sangat terbatas.

"Mungkin jumlahnya hanya sekitar seratus, dari kebutuhan ratusan ribu unit," tuturnya.

Menurutnya sesungguhnya EWS tidak harus canggih. Ada yang sederhana dengan tali nilon yang dikaitkan dengan megaphone, harganya kurang dari Rp300 ribu.

Sedangkan yang canggih dilengkapi dengan wireless ekstensometer, tiltmeter, penakar hujan, repeater, lampu peringatan, tower antena, dan server lokal beserta pemetaan, sosialisasi, pelatihan kesiapsiagaan masyarakat dan lainnya sekitar Rp300 juta.
 
BNPB bersama UGM dan PVMBG telah memasang 20 unit EWS lengkap yaitu 10 unit di Jawa Tengah dan 10 unit di Jawa Barat.

"Dalam waktu dekat akan dilanjutkan pemasangan 20 unit lagi," ujarnya.

Kepala BNPB, Syamsul Maarif, telah memprioritaskan masterplan pengurangan risiko bencana longsor harus dirampungkan pada 2015.

"Isinya bukan hanya memasang EWS saja, tetapi juga penguatan kapasitas, sistem rantai peringatan dini, pemberdayaan masyarakat, sosialisasi dan lainnya," ujarnya.

Menurutnya tantangan yang berat adalah non struktural yang menyangkut budaya sadar bencana dan komitmen pemda dan masyarakat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini