Proyek Pemerintah Biang Keladi Tingginya NPL Sektor Konstruksi

Bisnis.com,10 Mei 2015, 15:50 WIB
Penulis: Riendy Astria
Peningkatan NPL tersebut bahkan melaju lebih tinggi dibanding pertumbuhan pinjaman yang tumbuh 12,17% y-o-y menjadi Rp3.665,68 triliun. /Bisnis.com

Bisnis.com, BANDUNG- Bank Indonesia menyatakan proyek perumahan pemerintah merupakan faktor yang membuat rasio kredit bermasalah sektor industri konstruksi cukup tinggi.

Berdasarkan dana Bank Indonesia, rasio kredit bermasalah (nonperforming loan/NPL) industri perbankan nasional terus menunjukkan peningkatan, bahkan telah menyentuh posisi 2,42% pada Februari 2015. Adapun, sektor konstruksi mencatat NPL tertinggi pada periode tersebut dengan 5,38%.

Yati Kurniati, Direktur Departemen Kebijakan Makroprudensial Bank Indonesia menyatakkan tingginya NPL sektor konstruksi per Februari 2015 lalu lebih banyak disebabkan oleh konstruksi perumahan, khususnya perumahan yang merupakan proyek pemerintah. Meski demikian, pihaknya belum mengetahui dengan merinci penyebabnya.

“Sektor konstruksinya lebih banyak yang perumahan, ini juga perumahannya yang proyek pemerintah, kami sedang menyelidiknya,” kata Yati seusai menjadi narasumber dalam Pelatihan Wartawan Ekonomi di Bandung, Sabtu (9/5/2015).

Oleh sebab itu, saat ini pihaknya tengah berkordinasi dengan pihak cabang untuk mengetahui lebih lanjut mengenai hal ini. “Kami minta teman-teman di daerah untuk menyelidiki, saat ini saya belum tahu,” jelasnya.

Destry Damayanti, Executve Director Mandiri Institute mengaku tidak mengetahui dengan pasti penyebab hal tersebut. “Mungkin terkait yang Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) itu ya. Soalnya itu tidak bagus, bunganya rendah,” ujarnya.

Untuk diketahui, pertama, sektor konstruksi menjadi sektor dengan NPL tertinggi per Februari 2015. Rasio kredit bermasalah di sektor ini pun tumbuh hngga 68% y-o-y menjadi Rp7,72 triliun.

Kedua, sektor jasa kemasyarakatan, sosial budaya, hiburan, dan perorangan lainnya dengan NPL sebesar 3,92% atau tumbuh 68% y-o-y menjadi Rp2,24 triliun.

Ketiga, sektor badan internasional dan badan ekstra internasional lainnya dengan rasio kredit bermasalah sebesar 3,75% atau naik 17% y-o-y menjadi Rp7 triliun.

Keempat, sektor industri perdagangan besar dan eceran yang mencatatkan NPL sebesar 3,65%. Hingga Februari 2015, NPL di sektor ini pun tercatat naik 40% y-o-y menjadi Rp26,07 triliun.

Kelima, sektor transportasi, pergudangan, dan komunikasi dengan NPL sebesar 3,35% atau melonjak 55% y-o-y menjadi senilai Rp5,65 triliun.

Dari data Statistik Perbankan Indonesia (SPI) yang dipublikasikan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan hingga Februari 2015, NPL industri perbankan nasional naik 36,85% secara year on year (y-o-y) menjadi Rp89,07 triliun.

Peningkatan NPL tersebut bahkan melaju lebih tinggi dibanding pertumbuhan pinjaman yang tumbuh 12,17% y-o-y menjadi Rp3.665,68 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Fatkhul Maskur
Terkini