Soal Holding Pelindo, Ini Opsi yang Dikaji Jokowi

Bisnis.com,22 Mei 2015, 16:19 WIB
Penulis: Wike Dita Herlinda

Bisnis.com, SURABAYA—Presiden Joko Widodo masih mengkaji beberapa kemungkinan bentuk penyatuan empatBada Usaha Milik Negara (BUMN) kepelabuhanan, guna mencapai target integrasi sistem logistik nasional dalam lima tahun ke depan.

Dia mengungkapkan saat ini pemerintah tengah mengkalibrasi bobot untung dan rugi dari setiap probabilitas. Menurut RI-1, ada beberapa opsi yang mungkin ditempuh untuk membuat sistem perizinan dan logistik menjadi 1 atap, meski belum akan terealisasi pada tahun ini.

 Pertama, kemungkinan membentuk penyatuan (holding) PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo) I, II, III, dan IV (Persero). Kedua, cukup dengan konsolidasi dan sinergi antar-BUMN kepelabuhan dengan mengacu pada satu sistem yang sama.

 “[Pengembangan pelabuhan] tidak tergantung APBN. Pelindo, yang saat ini masih virtual holding, nanti [bisa saja] menjadi holding sesungguhnya dan itu akan terintegrasi dalam satu sistem logistik,” ujarnya di sela-sela peresmian Terminal Teluk Lamong, Jumat (22/5/2015).

 Saat ini pemerintah memproses segala kebutuhan yang diperlukan untuk menyederhanakan masalah perizinan dalam satu atap guna menekan waktu tunggu di pelabuhan (dwelling time). Presiden yakin strategi holding dapat menekan ongkos logistik sampai dengan 50%.

 Terkait Terminal Teluk Lamong (TTL) sendiri, Jokowi mengatakan pembangunan terminal semiotomatis berkapasitas 1,5 juta TEUs/tahun itu akan makin meroketkan pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, yang dinilainya sebagai tumpuan industri manufaktur nasional.

 “Ini akan memberi dampak pada daya saing bagi produk Jatim, sehingga pertumbuhan industri dan ekonominya akan meningkat. Ini yang akan kami terapkan di semua provinsi yang mempunyai kekuatan industri, terutama produk olahan,” tegasnya.

Pemerintah, sambungnya, memastikan prototipe pembangunan pelabuhan di seluruh Tanah Air ke depannya akan memakai luas lahan minimal 200 hektare, yang terintegrasi dengan areal industri seluas minimal 800 hektare.

 Dengan membangun pelabuhan yang terpadu dengan zona industri dan pembangkit listrik, Indonesia dapat menghemat investasi pengembangan pelabuhan hingga 1 abad, ketimbang hanya membangun pelabuhan seluas 10-20 ha yang tidak dapat diekspansi setelah 2 tahun.

Desain pelabuhan terintegrasi seperti TTL, katanya, secepatnya akan diaplikasikan untuk Pelabuhan Tanjung Priok, Kuala Tanjung, Makassar, dan Sorong. “Sudah empat bulan lalu kita mulai. Yang di Makassar sudah groundbreaking, di Sorong nanti pada Juli.” 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Rustam Agus
Terkini