Tahun 2014 Indonesia Penuh Tantangan. Ini Upaya Yang Telah Dilakukan BI

Bisnis.com,25 Mei 2015, 20:02 WIB
Penulis: Yanita Petriella
Ilustrasi

Bisnis.com, JAKARTA - Bank Indonesia menyatakan tahun 2014 sebagai tahun yang penuh tantangan bagi perekonomian Indonesia.

Direktur Departemen Komunikasi BI Peter Jacobs mengatakan pemulihan terus berlangsung di berbagai ekonomi utama dunia, namun dengan kecepatan yang tidak sesuai harapan dan tidak merata.

"Sebagai negara berkembang atau emerging market, Indonesia turut merasakan adanya arus keluar modal asing," ujarnya di Gedung BI, Senin (25/5/2015).

Situasi di tataran global tersebut, lanjutnya, semakin berat dengan adanya berbagai permasalahan struktural pada perekonomian domestik, yakni ekspor yang masih didominasi produk berbasis sumber daya alam, ketahanan pangan dan energi yang masih rendah.

"Pasar keuangan pun belum dalam dan adanya ketergantungan pada pembiayaan eksternal yang meningkat," katanya.

Menghadapi tantangan dan risiko tersebut, BI dan pemerintah memperkuat sinergi dan menempuh berbagai bauran kebijakan dengan tetap memprioritaskan stabilitas makroekonomi dan terus mendorong reformasi struktural untuk memperkuat fundamental perekonomian.

Bauran kebijakan yang ditempuh bank sentral diarahkan pada upaya untuk mencapai sasaran inflasi, menurunkan defisit transaksi berjalan ke tingkat yang lebih sehat, dan mendukung terpeliharanya stabilitas sistem keuangan.

Di sepanjang tahun 2014, tambah Peter, BI melanjutkan kebijakan moneter yang hati-hati dan konsisten yang telah dimulai sejak pertengahan 2013. Selama 11 bulan pertama di tahun 2014, BI mempertahankan BI Rate sebesar 7,5%.

"Selanjutnya pada 18 November 2014, menyikapi kebijakan kenaikan harga BBM bersubsidi yang ditempuh Pemerintah, BI menaikkan BI Rate menjadi 7,75%," ucapnya.

Dalam rangka penguatan operasi moneter, bank sentral melanjutkan pengelolaan likuiditas melalui instrumen operasi moneter baik rupiah maupun valuta asing.

Sementara itu, pertumbuhan perekonomian global yang tidak sebesar perkiraan semula dan perbaikan perekonomian Amerika Serikat yang solid telah memicu penguatan mata uang dolar Amerika Serikat terhadap hampir seluruh mata uang global termasuk rupiah.

"Merespons hal tersebut, kami telah menempuh langkah-langkah kebijakan untuk menjaga kestabilan nilai tukar rupiah," tutur Peter.

Surplus bersih yang diperoleh bank sentral pada tahun lalu mengalami pertumbuhan sebesar 10,2% dari tahun 2013 yang senilai Rp37,4 triliun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Saeno
Terkini