Korban Tewas Akibat Cuaca Panas di India 1.500 Orang

Bisnis.com,29 Mei 2015, 07:19 WIB
Penulis: Redaksi
Udara panas di India/bbc.co.uk

Kabar24.com, JAKARTA - Rumah sakit di seluruh penjuru India kewalahan menangani pasien yang membeludak akibat gelombang panas.

Hanya dalam sepekan terakhir, hampir 1.500 warga India tewas karena suhu panas ekstrem yang melanda negara tersebut, terutama di wilayah selatan India. Salah satu wilayah yang merasakan temperatur ekstrem hingga 45 derajat Celsius adalah Ibu Kota New Delhi.

“Kami kebanjiran pasien yang mengalami heatstroke dan dehidrasi parah,” kata Ajay Lekhi, Ketua Asosiasi Medis Delhi.

Akibat kondisi ini, pemerintah telah membatalkan cuti para dokter dan mengimbau masyarakat agar tidak berada di luar rumah pada siang hari.
“Semalam listrik mati di rumah kami,” ujar Seema Sharma, yang antre panjang di depan rumah sakit All India Institute of Medical Sciences, salah satu rumah sakit pemerintah terbesar di Delhi.

Perempuan 31 tahun itu akan memeriksakan anak lelakinya. Bocah yang baru berusia empat tahun itu, menurut Seema, rewel karena listrik di rumah mereka padam sejak semalam. “Anda tak bisa membayangkan apa yang kami rasakan. Dan kini ia terserang demam,” ujarnya sedih.

Di Negara Bagian Andhra Pradesh, sebanyak 1.020 warga tewas sejak 18 Mei lalu, dua kali lipat dibanding kematian karena suhu ekstrem pada tahun lalu. Di negara bagian tetangga, Telangana, suhu yang mencapai 48 derajat Celsius selama akhir pekan lalu telah menewaskan 340 warga.

Gelombang panas tak hanya menerjang India. Mesir pun menghadapi cuaca panas yang belum pernah terjadi sebelumnya, yakni hingga 45 derajat Celsius. Demikian pernyataan badan meteorologi lokal.

Mungkinkah gelombang udara panas bisa terjadi di Indonesia? Sebelumnya, Kepala Bidang Informasi Meteorologi Publik dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG), Fachri Radjab, mengatakan, udara panas bakal melanda India hingga lima hari ke depan.

Fachri menuturkan, aliran udara panas yang terjadi di India sangat kecil kemungkinannya terjadi di Indonesia karena tidak terindikasi ada dinamika atmosfer yang bisa memicu aliran panas seperti itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Yusran Yunus
Terkini