Bank Indonesia Imbau Perbankan di Sumbar Pacu Kredit Produktif

Bisnis.com,03 Jun 2015, 20:04 WIB
Penulis: Heri Faisal
Bank Indonesia/Ilustrasi-Bisnis

Bisnis.com, PADANG--Bank Indonesia mendorong perbankan yang beroperasi di Sumatera Barat meningkatkan penyaluran kredit sektor produktif untuk mengerek pertumbuhan ekonomi daerah setempat.

Bimo Epyanto, Kepala Divisi Asesmen dan Pengembangan Ekonomi Daerah Bank Indonesia, Sumatera Barat menilai tingginya porsi kredit produktif di suatu daerah akan berbanding lurus dengan peningkatan ekonomi daerah tersebut.

"Secara sederhana, semakin besar porsi kredit produktif, ekonomi akan cenderung lebih sehat dan berkesinambungan untuk peningkatan kapasitas ekonomi. Kami dorong bank meningkatkan porsi itu," katanya, Rabu (3/6/2015).

Menurutnya, porsi kredit produktif perbankan di Sumbar masih terbilang rendah jika dibandingkan daerah lainnya di Sumatera. Padahal, pertumbuhan ekonomi daerah memerlukan perkembangan sektor usaha produktif.

Data Kajian Ekonomi dan Keuangan Regional (KEKR) Sumbar pada kuartal pertama tahun ini, mencatatkan porsi kredit produktif segmen modal kerja dan investasi baru menyentuh 55,9% dari total penyaluran kredit.

Padahal, di sejumlah daerah di Tanah Air porsi kredit produktif bahkan mencapai 70%, yang ikut berperan menggerakkan mesin ekonomi.

Adapun, dari total Rp44,24 triliun penyaluran kredit di Sumbar, sebanyak 44,1% atau Rp19,51% masih disalurkan untuk kredit konsumsi. Sisanya, kredit produktif modal kerja Rp16,25 triliun atau 36,7% dan kredit investasi Rp8,4 triliun.

Dia menyakini meningkatnya penyaluran kredit produktif akan berkontribusi mendongkrak pertumbuhan ekonomi. Apalagi, sepanjang beberapa tahun terakhir, pertumbuhan ekonomi Sumbar cenderung stagnan mengingat minimnya investasi yang masuk ke daerah itu.

Bank Indonesia juga merekam sepanjang kuartal I/2015 investasi yang masuk ke Sumbar terbilang sangat rendah. Investasi asing hanya US$10 juta masih jauh dari nilai investasi kuartal IV/2014 yang mencapai US$61 juta.

Sedangkan, kinerja penanaman modal dalam negeri (PMDN) juga tidak optimal karena hanya mencapai Rp199 miliar, padahal di kuartal terakhir tahun lalu masih tercatat Rp314 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Hendri Tri Widi Asworo
Terkini