Bisnis.com, JAKARTA--Penetapan mantan Direktur Utama PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Dahlan Iskan sebagai tersangka kasus dugaan korupsi proyek pembangunan gardu listrik Jawa-Bali-Nusa Tenggara pada 2011-2013, mengungkap kinerja BUMN listrik selama di bawah kepemimpinannya.
Dahlan Iskan ditunjuk Presiden Susilo Bambang Yudhoyono untuk menjabat sebagai Dirut PLN menggantikan Fahmi Mochtar, tepatnya pada 23 Desember 2009.
Dia menjabat dirut PLN hanya dua tahun. Presiden SBY kemudian menunjuk Dahlan sebagai Menteri BUMN menggantikan Mustafa Abubakar yang tengah sakit, tepatnya pada 19 Oktober 2011.
Berdasarkan laporan keuangan PLN pada periode 2009-2011, tercatat utang bank dan obligasi membengkak hingga 48,49% dalam dua tahun. Total utang bank dan obligasi pada akhir 2011 menjadi Rp106,59 triliun dari periode 2009 sebesar Rp71,78 triliun.
Bila dirinci, pada tahun buku 2009 sebelum Dahlan memimpin PLN, total utang bank jangka panjang mencapai Rp23,7 triliun dengan utang obligasi Rp46,24 triliun. Sedangkan, utang bank jangka pendek pada periode tersebut mencapai Rp1,84 triliun dengan utang obligasi nol.
Dua tahun kemudian, utang bank jangka panjang masih mencapai Rp46 triliun pada akhir 2011. Namun, utang obligasi jangka panjang membengkak menjadi Rp55,9 triliun dan utang bank jangka pendek juga meningkat menjadi Rp4,69 triliun.
Total liabilitas PLN pada akhir 2011 mencapai Rp271,16 triliun dari periode 2009 yang mencapai Rp192,51 triliun. Ekuitas pada 2011 mencapai Rp155,34 triliun dari Rp141,19 triliun pada 2009.
Dari sisi kinerja, laba bersih PLN terus melorot dalam 2 tahun berturut-turut periode kepemimpinan Dahlan Iskan. Pada 2009, laba bersih PLN mencapai Rp10,35 triliun.
Kemudian, laba bersih PLN turun menjadi Rp10,08 triliun pada 2010, dan Rp7,19 triliun pada 2011. Dalam 2 tahun, laba PLN melorot 30,53% jika dibandingkan antara periode 2011 setelah dipimpin Dahlan dengan periode 2009.
Pendapatan usaha PLN per akhir 2011 tercatat mencapai Rp208,01 triliun, lebih baik ketimbang periode 2009 yang meraup Rp145,22 triliun. Namun, beban usaha membengkak menjadi Rp193,39 triliun pada 2011 dari sebelumnya Rp135,27 triliun pada 2009.
Sampai akhir Desember 2011 aset PLN tercatat Rp426,5 triliun atau naik 15,4% dibandingkan dengan akhir 2010 sebesar Rp369,3 triliun. Aset tersebut terdiri dari aset tidak lancar (non current asset) Rp368,2 triliun dan aset lancar (current aset) Rp58,2 triliun.
Tambahan aset diantaranya dengan telah beroperasinya beberapa pembangkit listrik Proyek 10.000 MW Tahap 1 seperti PLTU Indramayu Jawa Barat (3 x 330 MW ), PLTU Suralaya Baru Banten(1 x 625 MW), PLTU Tanjung Jati B Jawa Tengah Unit 3 (1 x 660 MW), PLTU Rembang Jawa Tengah (2×315 MW) dan PLTU Lontar Banten (3 x 315 MW).
Pada 2011, PLN menambah jumlah pelanggan sebanyak 3,4 juta pelanggan sehingga sampai akhir 2011 tercatat 45.895.145 pelanggan. Selama 2011 PLN memang terus berusaha menuntaskan daftar tunggu, melayani semua permintaan sambungan listrik berapa pun daya yang diminta diantaranya melalui program Gerakan Sehari Sejuta Sambungan (GRASSS) pada Juni 2011.
Sementara pada sisi pelayanan, Perseroan telah melakukan rehabilitasi dan penambahan jaringan transmisi dan distribusi, penggantian kWh meter tua serta program tambah daya gratis bagi pelanggan 450 VA/900 VA.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel