Bisnis.com, MANADO – Indonesia Eximbank mengincar pembiayaan bagi eksportir di Indonesia timur khususnya yang bergerak di sektor kemaritiman pada tahun ini agar pertumbuhan ekonomi nasional bisa ikut terkerek.
Direktur Eksekutif Indonesia Eximbank Ngalim Sawega mengungkapkan selama Kuartal I 2015 persentase pembiayaan ke wilayah Indonesia timur ada penurunan dari sisi persentase.
Dia mengungkapkan data Desember 2014 persentase pembiayaan yang pihaknya lakukan untuk Indonesia timur hanya 1,7%, sedangkan data April 2015 persentase menurun menjadi 1,5%.
Angka ini, lanjutnya, sangat jauh bila dibandingkan DKI Jakarta yang menyerap pembiayaan dari Indonesia Eximbank dengan persentase 29,3% hingga April 2015.
“Namun, kecilnya persentase di Indonesia timur harus dilihat secara terbalik. Artinya, ada potensi yang belum dikembangkan secara optimal,” katanya dalam konferensi pers di Hotel Sintesa Peninsula Manado, Jumat (5/6) sore.
Untuk itu pada tahun ini dia berharap agar ekspor di Indonesia timur, khususnya Sulawesi Utara bisa didorong sehingga bisa mendorong pertumbuhan ekonomi daerah dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.
Dia menilai Sulawesi Utara memiliki potensi yang besar di sektor kemaritiman. Pasalnya, dengan adanya moratorium transshipment yang diberlakukan oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan maka pelaku usaha lokal bisa mengambil alih pasar yang selama ini diambil oleh kapal asing.
“Kalau kebijakan ini dimanfaatkan dengan benar oleh pelaku usaha lokal maka gayung bersambut. Kami akan mendukung dari sisi pembiayaannya sehingga Indonesia timur bisa berkembang lebih baik lagi,” katanya.
Dia mengungkapkan pembiayaan yang pihaknya sediakan memang tidak seperti pembiayaan yang diberikan oleh bank umum.
Pasalnya, pihaknya memang menyasar pembiayaan untuk eksportir Indonesia atau importir produk-produk Indonesia.
Sawega menjelaskan pembiayaan itu menggunakan business linkage. Misalnya, pihaknya memberikan pembiayaan untuk industri pengolahan ikan terbesar di Jawa Timur, padahal ikan didatangkan dari Sulawesi sehingga memang tidak secara langsung menyentuh pembiayaan untuk nelayan.
“Pembiayaan sektor kemaritiman sekitar 15% atau setara dengan Rp9 triliun,” ujarnya.
Pihaknya memang menawarkan sejumlah pembiayaan bagi eksportir baik berupa pinjaman, modal kerja, investasi dan lain sebagainya. Pembiayaan tersebut lanjutnya bisa berupa rupiah atau dolar AS. “Porsinya memang lebih banyak dolar sekitar 60 dibanding 40,” ujarnya.
Sementara itu, Business Managing Director Indonesia Eximbank Dwi Wahyudi mengungkapkan pembiayaan yang dikucurkan harus sejalan dengan pogram pemerintah untuk menggenjot ekspor. Untuk itu, lanjutnya, pihaknya harus mengetahui karakter industri di Indonesia timur.
Di sektor nonmigas misalnya ada penurunan nilai ekspor akibat kebijakan hilirisasi pertambangan. Untuk itu, pihaknya mendorong hilirisasi pertambangan dengan turut serta masuk dalam pembiayaan baik smelter, refinery maupun infrastruktur pendukung sepeti pelabuhan. “Smelter di Morowali itu kami ikut memberikan pembiayaan,” katanya.
Untuk di wilayah Indonesia timur, selain pertambangan dan kemaritiman, pihaknya juga akan masuk ke pembiayaan di sektor pertanian dan perkebunan. “Misalnya Kakao, Sawit, Lada dan Cengkeh,” ujarnya.
Pembiayaan Berdasarkan Sektor Ekonomi
Perindustrian | 44,5% |
Pertambangan | 14,3% |
Pertanian, Perburuan dan Sarana Pertanian | 9,9% |
Pengangkutan, Perdagangan, Komunikasi | 9,8% |
Konstruksi | 5,6% |
Jasa-Jasa dan Dunia Usaha | 6,4% |
Perdagangan, Restoran dan Hotel | 1,6% |
Listrik, Gas dan Air | 2,9% |
Jasa-Jasa Sosial dan Masyarakat | 0,7% |
Lainnya | 4,4% |
Sumber: Indonesia Eximbank, April 2015
Pembiayaan Berdasarkan Wilayah
DKI Jakarta | 29,3% |
Jawa Barat dan Banten | 14,9% |
Jawa Tengah dan DIY | 6,4% |
Jawa Timur dan Bali | 19% |
Kalimantan | 13% |
Sumatera | 14,9% |
Indonesia timur | 1,5% |
Luar Negeri | 0,9% |
Sumber: Indonesia Eximbank, April 2015
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel