Kredit Perbankan: Tahun Ini Berpeluang Tumbuh 15%, Asalkan...

Bisnis.com,12 Jun 2015, 17:40 WIB
Penulis: Destyananda Helen
Ilustrasi: Pekerja menyelesaikan pembangunan rangka baja proyek infrastruktur di Jakarta./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA—Pertumbuhan kredit yang disalurkan perbankan nasional pada tahun ini diestimasi tetap akan mencapai batas bawah target kenaikan pinjaman yang diproyeksikan regulator industri keuangan.

Ketua Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (Perbanas) Sigit Pramono mengakui lesunya pertumbuhan ekonomi yang mulai terlihat dari beberapa sektor turut berdampak pada melemahnya laju penyaluran kredit. Sebab, lanjut dia, bank tak bisa memaksakan kredit jika tak ada permintaan dari sektor riil.

Namun, Sigit optimistis jika pertumbuhan ekonomi pada tahun ini bertengger di posisi 5%, maka masih ada peluang untuk kredit tumbuh sebesar 15% atau di batas bawah target yang ditetapkan Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK).

“Kredit akan membaik juga disumbang kelonggaran seperti LTV (loan to value). 15% masih mungkin tercapai,” ujar Sigit di Jakarta, pekan ini.

Senada, Plt. Kepala Eksekutif Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) Fauzi Ichsan menuturkan kredit bakal otomatis mengalami kenaikan jika pertumbuhan ekonomi Indonesia pada paruh kedua tahun ini menunjukkan akselerasi dibanding paruh pertama.

Apalagi, tambah Fauzi, jika proyek-proyek infrastruktur digelar bakal meningkatkan penarikan kredit dalam nominal besar.

“Tergantung pertumbuhan ekonomi, kalau pertumbuhan ekonomi bisa 5,2%, maka kredit bisa 15%,” jelas Fauzi.

Fauzi mengungkapkan, hasil kajian LPS menunjukkan bahwa pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) Indonesia bakal naik pada semester II/2015 dengan adanya akselerasi belanja pemerintah.

Analis DBS Vickers Securities Group Lim Sue Lin dan Christopher Daniel Wijaya mengungkapkan pelemahan ekonomi turut membuat beberapa bank merevisi ke bawah target pertumbuhan kredit pada tahun ini.

Menurut mereka, satu-satunya komponen yang bakal menggenjot pertumbuhan ekonomi Indonesia adalah pembangunan infrastruktur. Namun, pembangunan infrastruktur pun, lanjut keduanya, diproyeksi bakal memakan waktu sebelum berdampak pada pertumbuhan ekonomi.

Lin dan Wijaya menilai pembangunan infrastruktur paling lambat terlaksana di akhir tahun ini atau awal tahun depan. Jika pun terlaksana, kata mereka, akan memakan waktu mencapai 6-12 bulan untuk drawdowns.

“Kami merevisi pertumbuhan kredit menjadi 12% dari sebelumnya di 16%,” tulis keduanya dalam riset yang dipublikasikan Rabu (10/6).

Sebelumnya, Direktur Utama PT Bank DKI Eko Budiwiyono menuturkan perseroan masih memiliki peluang besar untuk mencatatkan pertumbuhan kredit di posisi 15%-16% pada akhir tahun nanti.

Untuk mencapai target tersebut, kata dia, bank yang masuk dalam kategori Bank Umum Kegiatan Usaha (BUKU) 2 ini membidik sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM), multiguna, kredit pemilikan rumah (KPR), dan pinjaman yang dijamin pemerintah.

Saat ini, lanjut Eko, pihaknya tengah menjajaki kredit sindikasi untuk proyek pembangkit listrik senilai Rp2,2 triliun di Riau. “Kami juga memenangkan tender senilai Rp980 miliar untuk pembiayaan alutsista dari Kementerian Keuangan,” jelas Eko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Simak berita lainnya seputar topik di bawah ini:
Editor: Saeno
Terkini